RITME TUBUH DAN KONDISI MENTAL
Ritme Biologis: Pasang Surut Pengalaman
Tubuh manusia berubah secara terus menerus sepanjang waktu. Manusia mengalami banyak periode dalam setiap rentang waktu, naik turunnya fungsi fisiologis yang terjadi secara teratur disebut sebagai ritme biologis (biological rhythm). Jam biologis dalam otak mengatur peningkatan dan penyusutan hormone, volume urine, tekanan darah, dan terkadang kecepatan otak dalam merespon sebuah stimulus.
Ritme bilogis tersebut dipengaruhi dengan kejadian di lingkungan, seperti halnya perubahan waktu, suhu, dan cahaya matahari, atau sebuah proses yang biasa disebut sebagai entrainment. Namun terdapat juga dari ritme ini terjadi tanpa adanya faktor-faktor waktu yang sifatnya eksternal, ritme seperti ini bersifat endogen (endogenous), atau dihasilkan dari dalam tubuh.
Terdapat banyak ritme biologis, yang disebut sebagai ritme sirkadian (cirkadian rhythm) yang terjadi setiap 24 jam. Salah satu ritme sirkadian yang paling banyak diketahui adalah siklus terjaga-tidur (sleep-wake cycle), kemudian contoh lain adalah suhu tubuh akan berfluktuasi sebanyak satu derajat celcius, mencapai puncak, rata-rata, pada sore hari, dan mencapai puncak terendahnya pada pagi hari.
Suasana Hati dan Ritme Jangka Panjang
Beberapa orang menunjukkan terjadinya depresi berulang pada saat musim tertentu, itulah sebabnya masyarakat beranggapan bahwa suasana hati mengikuti ritme biologis jangka panjang. Pola seperti ini disebut sebagai seasonal affective disorder (SAD), namun kasus seperti ini sebenarnya jarang ditemukan. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun diduga karena ketidaknormalan sekresi melatonin. Bentuk ritme jangka panjang lainnya adalah siklus menstruasi wanita, dimana di dalam tubuh terjadi berbagai kadar hormone meningkat atau menurun.
Secara umum, gender tidak menyebabkan terjadinya perbedaan dalam gejala emosional. Harapan dan proses belajar mempengaruhi bagaimana kedua jenis kelamin memaknai perubahan fisik maupun emosional. Beberapa orang dari kedua jenis kelamin mungkin mengalami perubahan suasana hati dan kepribadian karena hormone.
Ritme tidur
Pada proses tidur, periode tidur rapid eye movement (REM) muncul secara silih berganti dengan tidur non-REM dalam ritme sekitar 90 menit. Dalam tidur non-REM terdapat empat tahap berdasarkan pada gelombang otak yang muncul. Pada tahap pertama, gelombang otak menjadi kecil dan tidak beraturan. Tahap kedua, otak terkadang menghasilkan rentetan singkat gelombang yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi, peristiwa ini disebut sebagai sleep spindle. Tahap ketiga, otak terkadang menghasilkan gelombang delta yang sangat lambat dengan puncak yang cukup tinggi, pernafasan dan detak jantung melambat, otot-otot akan melemas (rileks). Sedangkan pada tahap empat, gelombang delta mengambil alih sebagian besar aktivitas, dan membawa pada kondisi tidur dalam.
Pada tidur REM, otak sangat aktif, dan ada tanda munculnya rangsangan lainnya, tapi kebanyakan otot pada tubuh menjadi tidak mampu digerakkan, mimpi yang terlihat begitu jelas biasanya terjadi pada tidur REM ini. Dalam beberapa kasus, seseorang pernah mengalami mimpi saat terbangun yaitu situasi dimana orang terjaga dari tidur REM sebelum fase kelumpuhan benar-benar hilang, pada saat ini mereka menganggap mimpi itu benar-benar nyata.
Tidur juga dimungkinkan merupakan kebutuhan untuk konsolidasi ingatan. Peningkatan ingatan karena tidur telah diasosiasikan paling dekat dengan tidur REM dan gelombang tidur yang perlahan, maupun dengan ingatan akan ketrampilan tertentu yang spesifik. Tidur juga meningkatkan diperolehnya pemahaman mendalam dan kemampuan memecahkan masalah.
Menelusuri Dunia Mimpi
Mimpi sebagai Keinginan-keinginan yang Tidak Disadari
Menurut teori psikoanalisis mengenai mimpi, mimpi memungkinkan seseorang memenuhi keinginan dan hasrat yang terlarang atau tidak realistis yang dipaksakan masuk ke dalam bagian ketidaksadaran di dalam pikiran. Menurut Sigmund Freud, mimpi dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Dalam mimpi segala pikiran dan objek tampil dalam bentuk simbolis. Freud berpendapat, untuk memahami mimpi maka harus bias membedakan antara isi manifest, yaitu aspek-aspek yang dialami secara sadarselama waktu tidur yang mungkin dapat diingat ketika terbangun, dari isi laten, yaitu harapan dan pikiran-pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis.
Mimpi sebagai Usaha Mengatasi Masalah
Dalam pendekatan berfokus pada masalah terhadap mimpi berpendapat bahwa mimpi menyatakan tema utama yang menjadi kepedulian. Mimpi bahkan dapat membantu mengatasi masalah dan menghadapi isu emosional terutama pada saat krisis.
Mimpi sebagai Proses Berpikir
Dalam pendekatan kognitif dari mimpi, mimpi secara sederhana merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif yang terjadi saat terbangun. Dalam mimpi, dibangun simulasi yang masuk akal dari dunia nyata menggunakan jenis ingatan, pengetahuan, metafora, dan anggapan-anggapan mengenai dunia yang sama seperti ketika tidak tertidur. Menurut pandangan ini, otak melakukan aktivitas atau kerja sejenis dengan yang dilakukan saat terjaga. Itulah yang menyebabkan bahwa beberapa bagian dari korteks serebral yang terlibat dalam proses persepsi dan kognisi sangat aktif pada saat bermimpi.
Mimpi sebagai Interpretasi dari Aktivitas Otak
Dalam teori aktivasi-sintesis (activation-synthesis theory) yang didasarkan pada penelitian fisiologis, mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron bagian bawah otak (pons) yang bekerja secara spontan selama tidur REM. Saraf-saraf ini mengatur gerakan mata, wajah, keseimbangan, dan juga psotur tubuh, dan mereka mengirimkan pesan kepada bagian sensorik maupun motorik yang bertanggung jawab atas pemrosesan visual dan perilaku yang disengaja selama terjaga.
Misteri Hipnosis
Hipnosis adalah sebuah prosedur dimana sorang praktisi mensugestikan perubahan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau perilaku subjek, dan subjek tersebut mencoba mengikuti sugesti tersebut. Hipnosis terkadang dapat meningkatkan ingatan tentang fakta mengenai kejadian nyata, akan tetapi juga menghasilkan kebingungan antara fakta dengan khayalan yang tampak secara nyata.
Teori Mengenai Hipnosis
Teori Disosiasi
Dalam pendekatan ini, dinyatakan bahwa hipnosis seperti mimpi yang jelas dan bahkan distraksi sederhana, melibatkan disosiasi (dissociation), yaitu terpisahnya kesadaran di mana satu bagian pikiran bekerja sendiri dan terlepas dari kesadaran yang lainnya. Kesadaran terpisah antara bagian yang sedang dihipnotis dengan bagian sebagai pengamat tersembunyi yang tidak terlibat dalam hipnotis. Bagian yang menjadi pengamat tersembunyi ini memantau tapi tidak terlibat dalam proses hipnosis. Kecuali diberikan intruksi khusus, orang yang terhipnotis tidak akan menyadari keberadaan pengamat ini,
Pendekatan Sosiokognitif
Dalam pendekatan ini, dinyatakan bahwa efek hypnosis merupakan hasil interaksi antara pengaruh sosial yang dimiliki penghipnotis dan kemampuan, kepercayaan, serta harapan subyek. Orang yang terhipnotis pada dasarnya memainkan sebuah peran, peran yang mirip dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan bagian pengamat tersembunyi merupakan reaksi dari tuntutan social dari situasi dan sugesti dari penghipnotis.
Obat-obatan Pengubah Kesadaran
Obat psikoaktif (psychoactive drug) adalah senyawa yang dapat mengubah persepsi suasana hati, pikiran, ingatan, atau perilaku, dengan cara mengubah zat-zat biokimia dalam tubuh. Obat-obatan psikoaktif mengubah kognisi dan emosi dengan mempengaruhi neurotransmitter dalam otak. Kebanyakan obat psikoaktif digolongkan ke dalam stimulant, depresan, opiate, atau psychedelic, tergantung dari efeknya pada system saraf pusat dan pengaruhnya terhadap perilku dan suasana hati.
Obat psikoaktif ketika digunakan secara sering dan berdosis besar dapat merusak saraf-saraf di otak dan merusak kemampuan belajar atau ingatan. Penggunaan obat-obat ini dapat menyebabkan terbentuknya toleransi, di mana terus diperlukan peningkatan dosis untuk mendapatkan efek yang sama, dan munculnya gejala withdrawal apabila mencoba untuk berhenti.
Reksi terhadap obat-obatan psikoaktif dipengaruhi tidak hanya oleh senyawa kimia yang terkandung namun juga oleh keadaan fisik dan mental pengguna. Pengalaman sebelumnya dengan obat tersebut, latar belakang lingkungan, kondisi mental, dan budaya pengguna serta motivasi penggunaannya juga memiliki pengaruh yang besar.
Daftar Rujukan
Wade, C. & Tavris, C. 2007. Psikologi: Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Selasa, 21 Desember 2010
OTAK: SUMBER PIKIRAN DAN KEPRIBADIAN
OTAK: SUMBER PIKIRAN DAN KEPRIBADIAN
Pengenalan Otak
Otak (encephalon) merupakan pusat sistem saraf (central nervous system) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak merupakan dasar dari kesadaran, persepsi, kesadaran dan emosi. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
Sistem Saraf: Sebuah Cetak Biru Dasar
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat (central nervous system/CNS) berfungsi untuk menerima, memproses, menginterpretasikan, dan menyimpan informasi sensoris yang datang, seperti informasi mengenai rasa, suara, bau, warna, tekanan pada kulit, dan lain-lain. Sistem saraf pusat juga mengirimkan pesan untuk otot, kelenjar, dan organ internal.
Sistem saraf pusat ini meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Sistem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer (peripheral nervous system/PNS) berfungsi menangani pesan informasi yang masuk dan keluar dari sistem saraf pusat. Sistem saraf perifer meliputi semua bagian dari sistem saraf yang terletak di luar otak dan saraf tulang belakang, sampai dengan saraf di ujung jari tangan dan jari kaki.
Sistem saraf perifer terdiri dari sistem saraf somatic, yang berperan dalam sensasi dan gerakan-gerakan volunter; serta sistem saraf otomik yang berperan dalam mengatur berbagai pembuluh darah, kelenjar, dan organ-organ internal. Biasanya sistem saraf otomik berfungsi tanpa adanya kontrol yang disadari. Sistem saraf otomik dibagi menjadi sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Komunikasi dalam Sistem Saraf
Struktur Neuron
Unit dasar dari sistem saraf disebut neuron. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Komunikasi antara dua neuron berlangsung di sinapsis. Terdapat banyak sinapsis yang belum terbentuk ketika kita lahir. Selama berkembang, kematangan fisik dan pengalaman lingkungan dapat berperan dalam pertumbuhan akson-akson dan dendrit-dendrit. Dalam kehidupannya, pengetahuan baru akan membentuk koneksi-koneksi sinapsis yang baru di otak. Maka dapat disimpulkan bahwa jaringan otak tidak bersifat tetap, namun selalu berubah sebagai responnya terhadap berbagai informasi, tantangan, dan perubahan di lingkungan, fenomena ini disebut sebagai plastisitas.
Ketika impuls saraf mencapai terminal akson, impuls saraf itu harus memperoleh pesan ketika melintasi celah sinapsis ke sel yang lain. Pada titik ini, gelembung sinapsis terbuka dan melepaskan beberapa ribu molekul dari sebuah bahan kimia yang disebut neurotransmitter.
Pesan Kimiawi di dalam Sistem Saraf
• Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan pengirim pesan yang berguna. Neurotransmiter memungkinkan satu neuron untuk dapat membangkitkan atau menghambat kerja neuron lainnya. Neurotransmiter tidak hanya terdapat di otak, melainkan juga terdapat di saraf tulang belakang, saraf perifer, dan beberapa kelenjar. Melalui efek yang ditimbulkan pada jaringan saraf tertentu, zat ini dapat mempengaruhi suasana hati, ingatan, dan kesejahteraan. Sifat dasar dari efek yang akibatkan tergantung pada tingkat neurotransmiter, lokasinya, dan jenis reseptor yang diikatnya.
• Endorphin: Narkotika Alamiah Otak
Endorphin merupakan narkotika alamiah otak. Endorphin (Endogenous Opioid Peptides) memiliki efek yang serupa dengan narkotika alami, yaitu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan rasa gembira. Endorphin memainkan peran dalam meningkatkan nafsu makan, aktifitas seksual, tekanan darah, suasana hati, belajar, dan ingatan. Beberapa endorphin berfungsi sebagai neurotransmitter, namun kebanyakan berfungsi mengubah efek neurotransmitter misalkan dengan mempersingkat atau memperpanjang efek-efeknya.
• Hormone: Pembawa Pesan Jarak Jauh
Hormone merupakan pembawa pesan jarak jauh. Hormone adalah kelompok ketiga dari pembawa pesan kimiawi, terutama dihasilkan oleh kelenjar endokrin (endocrine glands). Hormone dilepaskan secara langsung ke dalam aliran darah, selanjutnya dibawa ke berbagai sel dan organ yang mungkin letaknya jauh dari asal hormone. Hormone memiliki berbagai macam tugas, mulai dari meningkatkan pertumbuhan tubuh hingga membantu alat pencernaan dan mengatur metabolisme.
Pemetaan Otak
Pemindaian otak dapat mengungkapkan bagian-bagian otak yang aktif selama seseorang mengerjakan berbagai tugas yang berbeda. Namun demikian, pemindaian otak tidak dapat mengungkapkan secara tepat mengenai apa yang sedang berlangsung, baik secara fisik maupun mental, selama mengerjakan tugas-tugas.
Menjelajahi Otak
Banyak teori modern mengenai otak mengasumsikan bahwa setiap bagian otak memiliki tugas yang berbeda, meskipun saling tumpang tindih. Asal-usul dari konsep yang dikenal sebagai lokalisasi fungsi (localization of fungtion) ini dapat ditelusuri sampai jaman Joseph Gall (1758-1828), seorang ahli anatomi Austria yang berpendapat bahwa sifat-sifat kepribadian tercermin dalam perkembangan area spesifik dari otak. Meskipun banyak yang menyebut teori phrenology dari Gall tersebut salah, namun dia tetap berjasa berkat idenya mengenai spesialisasi bagian otak.
Batang Otak
Batang otak (brain stem) merupakan bagian dari otak yang terletak di atas saraf tulang belakang. Batang otak ini terdiri dari medulla dan pons. Pons terlibat diantaranya dalam kegiatan tidur, terjaga, dan bermimpi. Sedangkan medulla (medulla) bertanggung jawab untuk fungsi tubuh yang tidak dikehendaki secara sadar, seperti bernafas dan detak jantung.
Pada batang otak juga terdapat sistem pengaktifan reticulum (reticular activing system). Sistem pengaktifan reticulum merupakan jaringan tebal dari neuron-neuron yang ditemukan di bagian tengah batang otak, system ini merangsang korteks dan menyaring.
Serebelum
Otak kecil (cerebellum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Talamus
Berada di bagian dalam interior otak. Talamus akan mengarahkan pesan-pesan sensorik yang masuk ke dalam otak, ke area yang lebih tinggi.
Hipotalamus
Hipotalamus merupakan struktur otak yang terlibat dalam emosi dan dorongan-dorongan vital untuk kelangsungan hidup, seperti takut, lapar, haus, dan reproduksi. Hipotalamus berfungsi mengatur sistem saraf otonomik.
Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar endokrin kecil yang terletak di dasar otak, yang melepaskan banyak hormone dan mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya.
Amigdala
Amigdala (amygdale) merupakan struktur otak yang terlibat dalam stimulasi, regulasi emosi, dan respons emosional awal terhadap informasi sensorik.
Hipokampus
Hipokampus (hippocampus) merupakan struktur otak yang terlibat dalam penyimpanan informasi baru di dalam ingatan.
Serebrum
Serebrum merupakan struktur otak terbesar, terdiri dari bagian atas otak yang terbagi menjadi dua hemisfer. Serebrum ini berperan pada sebagian besar proses sensorik, motorik, dan kognitif.
Hemister Otak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pasien split-brain, yang korpus kolosum-nya dipotong, diketahui bahwa masing-masing hemister otak memiliki bakat tersendiri. Pada kebanyakan orang, bahasa diproses terutama oleh hemister kiri, yang umumnya memiliki fungsi khusus dalam menangani tugas-tugas yang bersifat logis, simbolik, dan berangkai.
Sedangkan pada hemister kanan, berhubungan dengan tugas-tugas special-visual, mengenali wajah, serta kreasi dan apresiasi terhadap seni maupun musik. Namun dalam kebanyakan aktivitas mental, kedua hemister ini saling bekerja sama di mana masing-masing hemsiter memberikan kontribusi.
Dua Isu dalam Penelitian Otak
Di manakah Letak Self
Ketika memikirkan tentang gumpalan jaringan yang terletak di kepala, yang dapat mengingat, bermimpi, dan berpikir, akan memunculkan sebuah pertanyaan yaitu di manakah letak diri (self) kita sebenarnya? Ini merupakan pertanyaan klasik yang telah lama direnungkan.
Banyak peneliti dan ilmuwan kognitif yakin bahwa kesatuan self merupakan sebuah ilusi. Otak beroperasi sebagai sebuah kumpulan dari modul-modul atau sistem-sistem mental yang mandiri, dan mungkin salah satu diantaranya menjadi penerjemah.
Adakah Otak Pria dan Otak Wanita
Isu kedua adalah eksistensi jenis kelamin di dalam otak. Dalam isu ini, muncul dua pertanyaan, yaitu apakah antara otak pria dan otak wanita terdapat perbedaan yang bersifat anatomis? Dan apabila ada, apakah kemudian mempengaruhi perilaku, kemampuan, atau cara memecahkan masalah pada pria dan wanita?
Dengan pemindaian otak dan berbagai tehnik lainnya telah mengungkapkan perbedaan-perbedaan antara otak pria dengan wanita. Diantaranya menyangkut lateralisasi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan bahasa, apabila dibandingkan dengan pria, wanita cenderung melibatkan dua hemisfer. Meski demikian, masih terdapat banyak kontroversi mengenai perbedaan-perbedaan ini dalam kehidupan nyata.
Daftar Rujukan
Wade, C. & Tavris, C. 2007. Psikologi: Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Pengenalan Otak
Otak (encephalon) merupakan pusat sistem saraf (central nervous system) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak merupakan dasar dari kesadaran, persepsi, kesadaran dan emosi. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
Sistem Saraf: Sebuah Cetak Biru Dasar
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat (central nervous system/CNS) berfungsi untuk menerima, memproses, menginterpretasikan, dan menyimpan informasi sensoris yang datang, seperti informasi mengenai rasa, suara, bau, warna, tekanan pada kulit, dan lain-lain. Sistem saraf pusat juga mengirimkan pesan untuk otot, kelenjar, dan organ internal.
Sistem saraf pusat ini meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Sistem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer (peripheral nervous system/PNS) berfungsi menangani pesan informasi yang masuk dan keluar dari sistem saraf pusat. Sistem saraf perifer meliputi semua bagian dari sistem saraf yang terletak di luar otak dan saraf tulang belakang, sampai dengan saraf di ujung jari tangan dan jari kaki.
Sistem saraf perifer terdiri dari sistem saraf somatic, yang berperan dalam sensasi dan gerakan-gerakan volunter; serta sistem saraf otomik yang berperan dalam mengatur berbagai pembuluh darah, kelenjar, dan organ-organ internal. Biasanya sistem saraf otomik berfungsi tanpa adanya kontrol yang disadari. Sistem saraf otomik dibagi menjadi sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Komunikasi dalam Sistem Saraf
Struktur Neuron
Unit dasar dari sistem saraf disebut neuron. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Komunikasi antara dua neuron berlangsung di sinapsis. Terdapat banyak sinapsis yang belum terbentuk ketika kita lahir. Selama berkembang, kematangan fisik dan pengalaman lingkungan dapat berperan dalam pertumbuhan akson-akson dan dendrit-dendrit. Dalam kehidupannya, pengetahuan baru akan membentuk koneksi-koneksi sinapsis yang baru di otak. Maka dapat disimpulkan bahwa jaringan otak tidak bersifat tetap, namun selalu berubah sebagai responnya terhadap berbagai informasi, tantangan, dan perubahan di lingkungan, fenomena ini disebut sebagai plastisitas.
Ketika impuls saraf mencapai terminal akson, impuls saraf itu harus memperoleh pesan ketika melintasi celah sinapsis ke sel yang lain. Pada titik ini, gelembung sinapsis terbuka dan melepaskan beberapa ribu molekul dari sebuah bahan kimia yang disebut neurotransmitter.
Pesan Kimiawi di dalam Sistem Saraf
• Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan pengirim pesan yang berguna. Neurotransmiter memungkinkan satu neuron untuk dapat membangkitkan atau menghambat kerja neuron lainnya. Neurotransmiter tidak hanya terdapat di otak, melainkan juga terdapat di saraf tulang belakang, saraf perifer, dan beberapa kelenjar. Melalui efek yang ditimbulkan pada jaringan saraf tertentu, zat ini dapat mempengaruhi suasana hati, ingatan, dan kesejahteraan. Sifat dasar dari efek yang akibatkan tergantung pada tingkat neurotransmiter, lokasinya, dan jenis reseptor yang diikatnya.
• Endorphin: Narkotika Alamiah Otak
Endorphin merupakan narkotika alamiah otak. Endorphin (Endogenous Opioid Peptides) memiliki efek yang serupa dengan narkotika alami, yaitu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan rasa gembira. Endorphin memainkan peran dalam meningkatkan nafsu makan, aktifitas seksual, tekanan darah, suasana hati, belajar, dan ingatan. Beberapa endorphin berfungsi sebagai neurotransmitter, namun kebanyakan berfungsi mengubah efek neurotransmitter misalkan dengan mempersingkat atau memperpanjang efek-efeknya.
• Hormone: Pembawa Pesan Jarak Jauh
Hormone merupakan pembawa pesan jarak jauh. Hormone adalah kelompok ketiga dari pembawa pesan kimiawi, terutama dihasilkan oleh kelenjar endokrin (endocrine glands). Hormone dilepaskan secara langsung ke dalam aliran darah, selanjutnya dibawa ke berbagai sel dan organ yang mungkin letaknya jauh dari asal hormone. Hormone memiliki berbagai macam tugas, mulai dari meningkatkan pertumbuhan tubuh hingga membantu alat pencernaan dan mengatur metabolisme.
Pemetaan Otak
Pemindaian otak dapat mengungkapkan bagian-bagian otak yang aktif selama seseorang mengerjakan berbagai tugas yang berbeda. Namun demikian, pemindaian otak tidak dapat mengungkapkan secara tepat mengenai apa yang sedang berlangsung, baik secara fisik maupun mental, selama mengerjakan tugas-tugas.
Menjelajahi Otak
Banyak teori modern mengenai otak mengasumsikan bahwa setiap bagian otak memiliki tugas yang berbeda, meskipun saling tumpang tindih. Asal-usul dari konsep yang dikenal sebagai lokalisasi fungsi (localization of fungtion) ini dapat ditelusuri sampai jaman Joseph Gall (1758-1828), seorang ahli anatomi Austria yang berpendapat bahwa sifat-sifat kepribadian tercermin dalam perkembangan area spesifik dari otak. Meskipun banyak yang menyebut teori phrenology dari Gall tersebut salah, namun dia tetap berjasa berkat idenya mengenai spesialisasi bagian otak.
Batang Otak
Batang otak (brain stem) merupakan bagian dari otak yang terletak di atas saraf tulang belakang. Batang otak ini terdiri dari medulla dan pons. Pons terlibat diantaranya dalam kegiatan tidur, terjaga, dan bermimpi. Sedangkan medulla (medulla) bertanggung jawab untuk fungsi tubuh yang tidak dikehendaki secara sadar, seperti bernafas dan detak jantung.
Pada batang otak juga terdapat sistem pengaktifan reticulum (reticular activing system). Sistem pengaktifan reticulum merupakan jaringan tebal dari neuron-neuron yang ditemukan di bagian tengah batang otak, system ini merangsang korteks dan menyaring.
Serebelum
Otak kecil (cerebellum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Talamus
Berada di bagian dalam interior otak. Talamus akan mengarahkan pesan-pesan sensorik yang masuk ke dalam otak, ke area yang lebih tinggi.
Hipotalamus
Hipotalamus merupakan struktur otak yang terlibat dalam emosi dan dorongan-dorongan vital untuk kelangsungan hidup, seperti takut, lapar, haus, dan reproduksi. Hipotalamus berfungsi mengatur sistem saraf otonomik.
Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar endokrin kecil yang terletak di dasar otak, yang melepaskan banyak hormone dan mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya.
Amigdala
Amigdala (amygdale) merupakan struktur otak yang terlibat dalam stimulasi, regulasi emosi, dan respons emosional awal terhadap informasi sensorik.
Hipokampus
Hipokampus (hippocampus) merupakan struktur otak yang terlibat dalam penyimpanan informasi baru di dalam ingatan.
Serebrum
Serebrum merupakan struktur otak terbesar, terdiri dari bagian atas otak yang terbagi menjadi dua hemisfer. Serebrum ini berperan pada sebagian besar proses sensorik, motorik, dan kognitif.
Hemister Otak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pasien split-brain, yang korpus kolosum-nya dipotong, diketahui bahwa masing-masing hemister otak memiliki bakat tersendiri. Pada kebanyakan orang, bahasa diproses terutama oleh hemister kiri, yang umumnya memiliki fungsi khusus dalam menangani tugas-tugas yang bersifat logis, simbolik, dan berangkai.
Sedangkan pada hemister kanan, berhubungan dengan tugas-tugas special-visual, mengenali wajah, serta kreasi dan apresiasi terhadap seni maupun musik. Namun dalam kebanyakan aktivitas mental, kedua hemister ini saling bekerja sama di mana masing-masing hemsiter memberikan kontribusi.
Dua Isu dalam Penelitian Otak
Di manakah Letak Self
Ketika memikirkan tentang gumpalan jaringan yang terletak di kepala, yang dapat mengingat, bermimpi, dan berpikir, akan memunculkan sebuah pertanyaan yaitu di manakah letak diri (self) kita sebenarnya? Ini merupakan pertanyaan klasik yang telah lama direnungkan.
Banyak peneliti dan ilmuwan kognitif yakin bahwa kesatuan self merupakan sebuah ilusi. Otak beroperasi sebagai sebuah kumpulan dari modul-modul atau sistem-sistem mental yang mandiri, dan mungkin salah satu diantaranya menjadi penerjemah.
Adakah Otak Pria dan Otak Wanita
Isu kedua adalah eksistensi jenis kelamin di dalam otak. Dalam isu ini, muncul dua pertanyaan, yaitu apakah antara otak pria dan otak wanita terdapat perbedaan yang bersifat anatomis? Dan apabila ada, apakah kemudian mempengaruhi perilaku, kemampuan, atau cara memecahkan masalah pada pria dan wanita?
Dengan pemindaian otak dan berbagai tehnik lainnya telah mengungkapkan perbedaan-perbedaan antara otak pria dengan wanita. Diantaranya menyangkut lateralisasi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan bahasa, apabila dibandingkan dengan pria, wanita cenderung melibatkan dua hemisfer. Meski demikian, masih terdapat banyak kontroversi mengenai perbedaan-perbedaan ini dalam kehidupan nyata.
Daftar Rujukan
Wade, C. & Tavris, C. 2007. Psikologi: Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kamis, 16 Desember 2010
CANDI SINGOSARI
CANDI SINGOSARI
LATAR BELAKANG
Penamaan Candi
Awalnya orang Belanda menyebut candi ini sebagai Candi Menara. Kemudian seorang ahli purbakala lainnya bernama WF Stutterheim menyebut candi ini dengan nama Candi Cella, namun nama tersebut tidak banyak digunakan. Menurut W Van Schid pada saat dia mengunjungi candi ini tahun 1856, penduduk setemnpat telah memiliki nama sendiri untuk candi ini yaitu Candi Cungkup. Sebagian masyarakat juga mengenal candi ini dengan sebutan Candi Renggo karena letaknya berada di Desa Candirenggo. Saat ini nama yang dipakai adalah Candi Singosari karena terletak di Singosari.
Dalam kitab Pararaton disebutkan tentang tempat pendharmaan raka Kertanegara sebagai berikut Çiri Çiwabudha dhinarma ring Tumapel, bhisekaning dharma ring Purwapatapan, yang berarti Sri Suwabudha dibvuatkan bangunan peringatan di Tumapel, nama bangunan peringatan tersebut adalah Purwapatapan. Apabila dilihat dari keterangan Pararaton tersebut, bisa juga nama candi ini adalah Patapan. Akan tetapi beberapa ahli berpendapat masih masih belum dapat dipastikan apabila candi yang disebut dalam Pararaton tersebut adalah candi ini. Sebenarnya apabila kita menyimak secara seksama, keterangan kitab Pararaton tersebut didukung Kitab Nāgarakĕrtāgama Pupuh 37:7 dan 38:3, juga dalam Prasasti Gajah Mada bertarik 1351 Masehi yang ditemukan di halaman candi, candi ini disebut-sebut sebagai tempat pendharmaan raja Singhasāri terakhir yang wafat pada tahun 1292 Masehi akibat istana diserang tentara Gelang-gelang (Kediri) yang dipimpin oleh Jayakatwang. Jadi kuat dugaan bahwa candi ini memang candi dimana Kertanegara didharmakan.
Lokasi Situs
Candi Singosari ini terletak di Jalan Kertanegara Desa Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Bangunan candi terletak pada sebuah kompleks yang luasnya sekitar 8 hektar (200 x 400 meter). Sekitar 10 km dari Kota Malang, berada pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna di ketinggian 512 m di atas permukaan laut. Di dalam kompleks itu terdapat juga sisa fondasi bangunan, runtuhan bangunan Candi Papak dan Candi Ringgit, dan sejumlah arca batu. Candi Papak dan Candi Ringgit letaknya sekitar 300 meter ke arah barat daya Candi Singosari.
Penemuan dan Restorasi
Candi Singosari ditemukan pada awal abad ke-20 dalam keadaan sudah rusak terutama pada bagian puncak atap menara, tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali menemukan candi ini. Namun orang yang pertama kali menyusun laporan kepurbakalaan tentang candi ini adalah Gubernur Pantai Timur Laut Jawa bernama Niclaus Engelhard pada tahun 1801. Dia membuat laporan tentang adanya reruntuhan bangunan candi di daerah dataran tandus Malang dalam tahun 1803 di daerah Singosari.
Kemudian banyak orang Eropa lainnya yang menulis laporan tentang candi ini, diantaranya Thomas Stamford Raffles tahun 1815, CGC Reinwardt dan J Th Bik pada tahun 1822, HJ Domis pada tahun 1829 dan tahun 1836, HN Sieburgh pada tahun 1837, JB Jukes pada tahun 1844, Jonathan Rigg pada tahun 1847, JFG Brumund pada tahun 1854 dan 1863, W Van Schimid pada tahun 1856, R Verbeek pada tahun 1891, dan para ahli sejarah dan purbakala lainnya.
Akhirnya pada tahun 1901 dan 1904, Komisi Archeologi Belanda mengadakan penelitian dan penggalian. Departemen Survey Archeologi Hindia Timur Belanda pada tahun 1934 mengadakan restorasi terhadap bangunan candi ini hingga selesai pada tahun 1937. Tahun penyelesaian restorasi ini dituliskan pada batu kaki candi di sudut barat daya.
Perawatan Situs
Pengawasan dan perawatan candi setelah direstorasi, awalnya diserahkan pada penduduk setempat bernama Rahmad dan istrinya yang bernama Ratinah. Kemudian karena Ratinah sudah tua dan Rahmad sudah meninggal dunia, maka pada tahun 1960-an pengawasan dan perawatan candi itu diserahkan kepada Sri Latifah bersama anaknya bernama Siti Chotimah sampai tahun 1980-an.
Saat ini Candi Singosari diawasi oleh tiga staf Suaka Purbakana Jawa Timur yang juga diambil dari warga setempat, ketiga staf tersebuit bernama Sugiono, Suwondo, dan Abdul Rochman. Sedangkan Siti Chotimah yang juga berstatus sebagai staf Suaka Purbakala sekarang dipindah tugaskan ke situs Arca Dwarapala yang terletak tidak jauh dari lokasi Candi Singosari.
STRUKTUR DAN KEGUNAAN BANGUNAN
Kondisi Situs
Menurut laporan tertulis dari para pengunjung Candi Singosari dari tahun 1803 sampai 1939, dikatakan bahwa Candi Singosari merupakan kompleks percandian yang luas. Didalam kompleks tersebut didapatkan tujuh buah bangunan candi yang sudah runtuh dan banyak arca berserakan disana-sini. Salah satu dari tujuh candi yang dapat diselematkan dari kemusnahan adalah candi yang sekarang kita sebut Candi Singosari. Adapun arca-arcanya banyak yang dibawa ke Belanda, sedangkan arca-arca yang saat ini berada dihalaman Candi Singosari sekarang ini, berasal dari candi-candi yang sudah musnah itu.
Sayang hingga kini banyak arca-arca yang masih berdomisili di negara lain, yakni di Royal Tropical Institute, Belanda, sehingga hanya kalangan tertentu yang dapat menikmatinya. Itupun hanya melalui foto. Padahal arca itu merupakan hasil karya seni yang tinggi yang layak menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia. Paling tidak, arca-arca itu dapat menambah kejelasan bahwa Candi Singosari memang sebuah tempat pendharmaan bagi Raja Kertanagara
Uraian Bangunan
Bangunan candi utama dibuat dari batu andesit, menghadap ke barat, berdiri pada alas bujursangkar berukuran 14 m × 14 m dan tinggi candi 15 m. Bangunan ini terdiri atas tingkat yang terbawah atau batur, kaki-candi yang tinggi, tubuh yang langsing, dan bagian atap yang berbentuk limas. Kaki-candi dibangun di atas batur yang tingginya 2 meter. Di atas batur itu yang tinggi itu berdiri kaki candi yang dibuat cukup tinggi. Pada bagian kaki candi itulah terdapat bilik-bilik candi dan bangunan penampilnya. Pada bangunan penampil yang ada pada masing-masing sisi terdapat relung untuk menempatkan arca. Relung ini bagian atasnya terdapat hiasan kepala kala yang belum selesai dikerjakan. Bangunan penampil biasanya terdapat pada bagian tubuh.
Candi ini kaya akan ornamen ukiran, arca, dan relief. Di dalam ruang utama terdapat lingga dan yoni. Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara (dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), timur yang dulu berisi arca Ganesha, serta sisi selatan yang berisi arca Siwa-Guru (Resi Agastya). Di komplek candi ini juga berdiri arca Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan, yang sekarang ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Arca-arca lain berada di Institut Tropika Kerajaan, Leiden, Belanda, kecuali arca Agastya. Alasan mengapa arca resi Agastya tidak dibawa serta ke Belanda adalah diduga karena kondisinya yang sudah rusak cukup parah, sehingga tidak layak dibawa sebagai hadiah kepada penguasa Belanda pada saat itu.
Komplek percandian terdiri dari beberapa candi. Di sisi barat laut komplek terdapat sepasang arca raksasa besar dengan tinggi hampir mencapai 4 meter yang disebut Dwarapala. Posisi gada milik Dwarapala tersebut menghadap ke bawah, hal ini menunjukkan meskipun penjaganya raksasa tetapi masih ada rasa kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup dan ungkapan selamat datang bagi semuanya. Posisi arca seperti ini hanya ada di Singosari, tidak ada di tempat ataupun kerajaan lainnya. Dan di dekatnya arca Dwarapala terdapat alun-alun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa candi terletak di komplek pusat kerajaan.
Letak candi Singosari yang dekat dengan kedua arca Dwarapala menjadi menarik apabila dikaitkan dengan ajaran Siwa yang mengatakan bahwa dewa Siwa bersemayam di puncak Kailasa dalam wujud lingga, batas timur terdapat gerbang dengan Ganesha atau Ganapati sebagai penjaganya, gerbang barat dijaga oleh Kala dan Amungkala, gerbang selatan dijaga oleh Resi Agastya, gerbang utara dijaga oleh Batari Gori. Karena letak candi Singosari yang sangat dekat dengan kedua arca tersebut yang terdapat pada jalan menuju ke Gunung Arjuna, penggunaan candi ini diperkirakan tidak terlepas dari keberadaan gunung Arjuna dan para pertapa yang bersemayam di puncak gunung ini pada waktu itu
Candi Singosari dulunya tidak berdiri sendiri. Di sebelah selatan masih di dalam lingkungan candi terdapat sebuah batur fondasi. Mungkin di atas batur itu terdapat bangunan kecil yang dibuat dari bahan yang mudah rusak. Pada salah satu bangunan candi yang terdapat di dalam kompleks percandian terdapat arca Prajñāpāramitā, dewi kebijaksanaan dalam agama Buddha, yang sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Arcaarca lain yang ditemukan dari runtuhan bangunan yang terdapat di sekitar Candi Singosari adalah arca Ganeśa, Chakrachakra (Bhairawa), Brahmā, Tŗnawindu, dan Agastya.
Chakrachakra adalah nama yang terdapat pada bagian belakang arca dalam bentuk Bhairawa ini, Śiwa dalam bentuk sedang marah. Nama lengkapnya mungkin Chakrachakreśwara, sesosok dewa yang berdiri di atas srigala dengan tangannya memegang tombak bermata tiga, pisau besar, gendang tangan, dan tengkorak manusia. Bagian badannya penuh dengan hiasan tengkorak manusia.
Candi Singosari Diduga Bangunan Belum Jadi
Hal lain yang menarik untuk diamati pada Candi Singosari ini adalah hiasan candi. Umumnya bangunan candi dihias dengan hiasan yang rata pada seluruh badan atau bagian candi. Pada Candi Singosari kita tidak mendapatkan hal yang demikian. Hiasan Candi Singosari tidak seluruhnya diselesaikan. Dengan demikian banyak ahli yang disimpulkan bahwa Candi Singosari dahulu belum selesai dikerjakan tapi kemudian ditinggalkan. Sebab-sebab ditinggalkan tersebut dihubungkan dengan dengan adanya peperangan, yaitu serangan dari raja Jayakatwang dari kerajaan Gelang-gelang (Kediri) terhadap Raja Kertanegara sebagai raja kerajaan Singhasāri yang terjadi pada sekitar tahun 1292. Serangan raja Jayakatwang tersebut dapat menghancurkan kerajaan Singhasāri. Raja Kertanegara beserta pengikutnya dibunuh. Diduga karena masa kehancuran kerajaan Singhasāri itulah, maka Candi Singhasāri tidak terselesaikan dan akhirnya terbengkalai.
Ketidak selesaian bangunan candi ini bermanfaat juga bagi kita yang ingin mengetahui teknik pembuatan ornamen candi. Tampak bahwa hiasan itu dikerjakan dari atas ke bawah. Bagian atas dikerjakan dengan sempurna, bagian tubuh candi (tengah) sebagian sudah selesai sedangkan bagian bawah sama sekali belum diselesaikan.
Kegunaan Situs
Menurut kebiasaan dalam agama Hindu, apabila raja wafat maka jenazahnya akan dibakar dan abunya dilarung ke sungai, ke laut, atau ditebarkan di penjuru mata angin. Kemudian dibuatkan tempat pendharmaannya, yaitu sebuah bangunan peringatan sebagai tempat pemujaan bagi arwahnya, masyarakat biasanya menyebut sebagai candi. Di dalam candi tersebut terdapat sumuran, yang di dalamnya diletakkan Garbhapatra, yaitu sebuah bejana persegi dari batu yang dikotak-kotak dengan lubang sembilan sampai dengan 25. Di dalam kotak-kotak lubang tersebut terdapat peripih, yaitu bermacam-macam benda dari logam, batu, dan biji-bijian, serta tanah.
Sebagian besar ahli sejarah dan purbakala berpendapat bahwa Candi Singosari ini merupakan makam raja Kertanegara yaitu raja terakhir kerajaan Singhasari, namun ada pula sebagian ahli yang masih meragukan akan hal ini. Mereka sepakat Candi Singosari memang dapat dihubungkan dengan raja Kertanegara, namun belum terbukti sebagai makam atau tempat penyimpan abu jenazah raja Kertanegara. Mereka berpendapat pada Candi Singosari tidak ditemukan kotak batu tempat menyimpan peripih. Dan di Candi Singosari juga tidak memiliki sumuran tempat menyimpan Garbhapatra.
Berdasarkan uraian tersebut, maka fungsi Candi Singosari merupakan sebagai tempat pemujaan. Pemujaan tersebut ditujukan kepada Dewa Siwa. Hal ini dilihat dari sistem mandala yang terlihat pada Candi Singosari ini berdasarkan arca-arcanya adalah candi Hindu.
Melihat diskripsi dari bangunan candi ini, para ahli menarik beberapa kesimpulan bahwa Candi Singosari merupakan tiruan Gunung Meru yang berpuncak kailasa dengan empat puncak lebih rendah, yaitu Gunung Mandara, Gunung Gandhamana, Gunung Vipula, dan Gunung Supasraya.
Menurut para ahli Candi Singosari merupakan simbolisasi dari konsep Samodramanthana yaitu pengadukan lautan susu yang menggunakan Gunung Mandara sebagai antan, dari pengadukan itu keluarlah air suci yang disebut sebagai Amerta.
Kesimpulan lain yang dikemukakan para ahli bahwa Candi Singosari juga merupakan simbolisasi dari Lingga dan Yoni, karena adanya teras batur yang memiliki cerat pada sisi utara sebagai Yoni, dan candinya sebagai Lingga.
(dikutip dari berbagai sumber)
LATAR BELAKANG
Penamaan Candi
Awalnya orang Belanda menyebut candi ini sebagai Candi Menara. Kemudian seorang ahli purbakala lainnya bernama WF Stutterheim menyebut candi ini dengan nama Candi Cella, namun nama tersebut tidak banyak digunakan. Menurut W Van Schid pada saat dia mengunjungi candi ini tahun 1856, penduduk setemnpat telah memiliki nama sendiri untuk candi ini yaitu Candi Cungkup. Sebagian masyarakat juga mengenal candi ini dengan sebutan Candi Renggo karena letaknya berada di Desa Candirenggo. Saat ini nama yang dipakai adalah Candi Singosari karena terletak di Singosari.
Dalam kitab Pararaton disebutkan tentang tempat pendharmaan raka Kertanegara sebagai berikut Çiri Çiwabudha dhinarma ring Tumapel, bhisekaning dharma ring Purwapatapan, yang berarti Sri Suwabudha dibvuatkan bangunan peringatan di Tumapel, nama bangunan peringatan tersebut adalah Purwapatapan. Apabila dilihat dari keterangan Pararaton tersebut, bisa juga nama candi ini adalah Patapan. Akan tetapi beberapa ahli berpendapat masih masih belum dapat dipastikan apabila candi yang disebut dalam Pararaton tersebut adalah candi ini. Sebenarnya apabila kita menyimak secara seksama, keterangan kitab Pararaton tersebut didukung Kitab Nāgarakĕrtāgama Pupuh 37:7 dan 38:3, juga dalam Prasasti Gajah Mada bertarik 1351 Masehi yang ditemukan di halaman candi, candi ini disebut-sebut sebagai tempat pendharmaan raja Singhasāri terakhir yang wafat pada tahun 1292 Masehi akibat istana diserang tentara Gelang-gelang (Kediri) yang dipimpin oleh Jayakatwang. Jadi kuat dugaan bahwa candi ini memang candi dimana Kertanegara didharmakan.
Lokasi Situs
Candi Singosari ini terletak di Jalan Kertanegara Desa Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Bangunan candi terletak pada sebuah kompleks yang luasnya sekitar 8 hektar (200 x 400 meter). Sekitar 10 km dari Kota Malang, berada pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna di ketinggian 512 m di atas permukaan laut. Di dalam kompleks itu terdapat juga sisa fondasi bangunan, runtuhan bangunan Candi Papak dan Candi Ringgit, dan sejumlah arca batu. Candi Papak dan Candi Ringgit letaknya sekitar 300 meter ke arah barat daya Candi Singosari.
Penemuan dan Restorasi
Candi Singosari ditemukan pada awal abad ke-20 dalam keadaan sudah rusak terutama pada bagian puncak atap menara, tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali menemukan candi ini. Namun orang yang pertama kali menyusun laporan kepurbakalaan tentang candi ini adalah Gubernur Pantai Timur Laut Jawa bernama Niclaus Engelhard pada tahun 1801. Dia membuat laporan tentang adanya reruntuhan bangunan candi di daerah dataran tandus Malang dalam tahun 1803 di daerah Singosari.
Kemudian banyak orang Eropa lainnya yang menulis laporan tentang candi ini, diantaranya Thomas Stamford Raffles tahun 1815, CGC Reinwardt dan J Th Bik pada tahun 1822, HJ Domis pada tahun 1829 dan tahun 1836, HN Sieburgh pada tahun 1837, JB Jukes pada tahun 1844, Jonathan Rigg pada tahun 1847, JFG Brumund pada tahun 1854 dan 1863, W Van Schimid pada tahun 1856, R Verbeek pada tahun 1891, dan para ahli sejarah dan purbakala lainnya.
Akhirnya pada tahun 1901 dan 1904, Komisi Archeologi Belanda mengadakan penelitian dan penggalian. Departemen Survey Archeologi Hindia Timur Belanda pada tahun 1934 mengadakan restorasi terhadap bangunan candi ini hingga selesai pada tahun 1937. Tahun penyelesaian restorasi ini dituliskan pada batu kaki candi di sudut barat daya.
Perawatan Situs
Pengawasan dan perawatan candi setelah direstorasi, awalnya diserahkan pada penduduk setempat bernama Rahmad dan istrinya yang bernama Ratinah. Kemudian karena Ratinah sudah tua dan Rahmad sudah meninggal dunia, maka pada tahun 1960-an pengawasan dan perawatan candi itu diserahkan kepada Sri Latifah bersama anaknya bernama Siti Chotimah sampai tahun 1980-an.
Saat ini Candi Singosari diawasi oleh tiga staf Suaka Purbakana Jawa Timur yang juga diambil dari warga setempat, ketiga staf tersebuit bernama Sugiono, Suwondo, dan Abdul Rochman. Sedangkan Siti Chotimah yang juga berstatus sebagai staf Suaka Purbakala sekarang dipindah tugaskan ke situs Arca Dwarapala yang terletak tidak jauh dari lokasi Candi Singosari.
STRUKTUR DAN KEGUNAAN BANGUNAN
Kondisi Situs
Menurut laporan tertulis dari para pengunjung Candi Singosari dari tahun 1803 sampai 1939, dikatakan bahwa Candi Singosari merupakan kompleks percandian yang luas. Didalam kompleks tersebut didapatkan tujuh buah bangunan candi yang sudah runtuh dan banyak arca berserakan disana-sini. Salah satu dari tujuh candi yang dapat diselematkan dari kemusnahan adalah candi yang sekarang kita sebut Candi Singosari. Adapun arca-arcanya banyak yang dibawa ke Belanda, sedangkan arca-arca yang saat ini berada dihalaman Candi Singosari sekarang ini, berasal dari candi-candi yang sudah musnah itu.
Sayang hingga kini banyak arca-arca yang masih berdomisili di negara lain, yakni di Royal Tropical Institute, Belanda, sehingga hanya kalangan tertentu yang dapat menikmatinya. Itupun hanya melalui foto. Padahal arca itu merupakan hasil karya seni yang tinggi yang layak menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia. Paling tidak, arca-arca itu dapat menambah kejelasan bahwa Candi Singosari memang sebuah tempat pendharmaan bagi Raja Kertanagara
Uraian Bangunan
Bangunan candi utama dibuat dari batu andesit, menghadap ke barat, berdiri pada alas bujursangkar berukuran 14 m × 14 m dan tinggi candi 15 m. Bangunan ini terdiri atas tingkat yang terbawah atau batur, kaki-candi yang tinggi, tubuh yang langsing, dan bagian atap yang berbentuk limas. Kaki-candi dibangun di atas batur yang tingginya 2 meter. Di atas batur itu yang tinggi itu berdiri kaki candi yang dibuat cukup tinggi. Pada bagian kaki candi itulah terdapat bilik-bilik candi dan bangunan penampilnya. Pada bangunan penampil yang ada pada masing-masing sisi terdapat relung untuk menempatkan arca. Relung ini bagian atasnya terdapat hiasan kepala kala yang belum selesai dikerjakan. Bangunan penampil biasanya terdapat pada bagian tubuh.
Candi ini kaya akan ornamen ukiran, arca, dan relief. Di dalam ruang utama terdapat lingga dan yoni. Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara (dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), timur yang dulu berisi arca Ganesha, serta sisi selatan yang berisi arca Siwa-Guru (Resi Agastya). Di komplek candi ini juga berdiri arca Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan, yang sekarang ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Arca-arca lain berada di Institut Tropika Kerajaan, Leiden, Belanda, kecuali arca Agastya. Alasan mengapa arca resi Agastya tidak dibawa serta ke Belanda adalah diduga karena kondisinya yang sudah rusak cukup parah, sehingga tidak layak dibawa sebagai hadiah kepada penguasa Belanda pada saat itu.
Komplek percandian terdiri dari beberapa candi. Di sisi barat laut komplek terdapat sepasang arca raksasa besar dengan tinggi hampir mencapai 4 meter yang disebut Dwarapala. Posisi gada milik Dwarapala tersebut menghadap ke bawah, hal ini menunjukkan meskipun penjaganya raksasa tetapi masih ada rasa kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup dan ungkapan selamat datang bagi semuanya. Posisi arca seperti ini hanya ada di Singosari, tidak ada di tempat ataupun kerajaan lainnya. Dan di dekatnya arca Dwarapala terdapat alun-alun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa candi terletak di komplek pusat kerajaan.
Letak candi Singosari yang dekat dengan kedua arca Dwarapala menjadi menarik apabila dikaitkan dengan ajaran Siwa yang mengatakan bahwa dewa Siwa bersemayam di puncak Kailasa dalam wujud lingga, batas timur terdapat gerbang dengan Ganesha atau Ganapati sebagai penjaganya, gerbang barat dijaga oleh Kala dan Amungkala, gerbang selatan dijaga oleh Resi Agastya, gerbang utara dijaga oleh Batari Gori. Karena letak candi Singosari yang sangat dekat dengan kedua arca tersebut yang terdapat pada jalan menuju ke Gunung Arjuna, penggunaan candi ini diperkirakan tidak terlepas dari keberadaan gunung Arjuna dan para pertapa yang bersemayam di puncak gunung ini pada waktu itu
Candi Singosari dulunya tidak berdiri sendiri. Di sebelah selatan masih di dalam lingkungan candi terdapat sebuah batur fondasi. Mungkin di atas batur itu terdapat bangunan kecil yang dibuat dari bahan yang mudah rusak. Pada salah satu bangunan candi yang terdapat di dalam kompleks percandian terdapat arca Prajñāpāramitā, dewi kebijaksanaan dalam agama Buddha, yang sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Arcaarca lain yang ditemukan dari runtuhan bangunan yang terdapat di sekitar Candi Singosari adalah arca Ganeśa, Chakrachakra (Bhairawa), Brahmā, Tŗnawindu, dan Agastya.
Chakrachakra adalah nama yang terdapat pada bagian belakang arca dalam bentuk Bhairawa ini, Śiwa dalam bentuk sedang marah. Nama lengkapnya mungkin Chakrachakreśwara, sesosok dewa yang berdiri di atas srigala dengan tangannya memegang tombak bermata tiga, pisau besar, gendang tangan, dan tengkorak manusia. Bagian badannya penuh dengan hiasan tengkorak manusia.
Candi Singosari Diduga Bangunan Belum Jadi
Hal lain yang menarik untuk diamati pada Candi Singosari ini adalah hiasan candi. Umumnya bangunan candi dihias dengan hiasan yang rata pada seluruh badan atau bagian candi. Pada Candi Singosari kita tidak mendapatkan hal yang demikian. Hiasan Candi Singosari tidak seluruhnya diselesaikan. Dengan demikian banyak ahli yang disimpulkan bahwa Candi Singosari dahulu belum selesai dikerjakan tapi kemudian ditinggalkan. Sebab-sebab ditinggalkan tersebut dihubungkan dengan dengan adanya peperangan, yaitu serangan dari raja Jayakatwang dari kerajaan Gelang-gelang (Kediri) terhadap Raja Kertanegara sebagai raja kerajaan Singhasāri yang terjadi pada sekitar tahun 1292. Serangan raja Jayakatwang tersebut dapat menghancurkan kerajaan Singhasāri. Raja Kertanegara beserta pengikutnya dibunuh. Diduga karena masa kehancuran kerajaan Singhasāri itulah, maka Candi Singhasāri tidak terselesaikan dan akhirnya terbengkalai.
Ketidak selesaian bangunan candi ini bermanfaat juga bagi kita yang ingin mengetahui teknik pembuatan ornamen candi. Tampak bahwa hiasan itu dikerjakan dari atas ke bawah. Bagian atas dikerjakan dengan sempurna, bagian tubuh candi (tengah) sebagian sudah selesai sedangkan bagian bawah sama sekali belum diselesaikan.
Kegunaan Situs
Menurut kebiasaan dalam agama Hindu, apabila raja wafat maka jenazahnya akan dibakar dan abunya dilarung ke sungai, ke laut, atau ditebarkan di penjuru mata angin. Kemudian dibuatkan tempat pendharmaannya, yaitu sebuah bangunan peringatan sebagai tempat pemujaan bagi arwahnya, masyarakat biasanya menyebut sebagai candi. Di dalam candi tersebut terdapat sumuran, yang di dalamnya diletakkan Garbhapatra, yaitu sebuah bejana persegi dari batu yang dikotak-kotak dengan lubang sembilan sampai dengan 25. Di dalam kotak-kotak lubang tersebut terdapat peripih, yaitu bermacam-macam benda dari logam, batu, dan biji-bijian, serta tanah.
Sebagian besar ahli sejarah dan purbakala berpendapat bahwa Candi Singosari ini merupakan makam raja Kertanegara yaitu raja terakhir kerajaan Singhasari, namun ada pula sebagian ahli yang masih meragukan akan hal ini. Mereka sepakat Candi Singosari memang dapat dihubungkan dengan raja Kertanegara, namun belum terbukti sebagai makam atau tempat penyimpan abu jenazah raja Kertanegara. Mereka berpendapat pada Candi Singosari tidak ditemukan kotak batu tempat menyimpan peripih. Dan di Candi Singosari juga tidak memiliki sumuran tempat menyimpan Garbhapatra.
Berdasarkan uraian tersebut, maka fungsi Candi Singosari merupakan sebagai tempat pemujaan. Pemujaan tersebut ditujukan kepada Dewa Siwa. Hal ini dilihat dari sistem mandala yang terlihat pada Candi Singosari ini berdasarkan arca-arcanya adalah candi Hindu.
Melihat diskripsi dari bangunan candi ini, para ahli menarik beberapa kesimpulan bahwa Candi Singosari merupakan tiruan Gunung Meru yang berpuncak kailasa dengan empat puncak lebih rendah, yaitu Gunung Mandara, Gunung Gandhamana, Gunung Vipula, dan Gunung Supasraya.
Menurut para ahli Candi Singosari merupakan simbolisasi dari konsep Samodramanthana yaitu pengadukan lautan susu yang menggunakan Gunung Mandara sebagai antan, dari pengadukan itu keluarlah air suci yang disebut sebagai Amerta.
Kesimpulan lain yang dikemukakan para ahli bahwa Candi Singosari juga merupakan simbolisasi dari Lingga dan Yoni, karena adanya teras batur yang memiliki cerat pada sisi utara sebagai Yoni, dan candinya sebagai Lingga.
(dikutip dari berbagai sumber)
Rabu, 15 Desember 2010
STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS HEINEKEN N.V. DALAM KASUS PRODUK BARU
STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS HEINEKEN N.V.
DALAM KASUS PRODUK BARU
PENGERTIAN MARKETING PUBLIC RELATIONS
Ian Phillipson (2008) berpendapat bahwa pada saat anda berkata perusahaan anda adalah yang terbaik itulah iklan, saat anda berkata perusahaan anda adalah pilihan tepat untuk memenuhi kebutuhan konsumen itulah marketing, dan saat anda tidak mengatakan apapun tetapi konsumen datang berduyun-duyun itulah public relations. Sedangkan pemasaran atau marketing disebutkan Philip Kotler sebagai proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.
Melihat kedua pengertian diatas tentang public relations dan marketing maka kita melihat adanya komunikasi marketing yang terlibat di dalamnya. Nirwana dalam bukunya Service Marketing Strategy mengemukakan betapa pentingnya komunikasi pemasaran, Nirwana (2006) berpendapat keberadaan jasa (produk) perlu dikomunikasikan kepada pelanggan atau target market. Tanpa adanya komunikasi bisnis, maka jasa (produk) akan sulit diterima oleh market.
Menurut Philip Kotler, marketing public relations merupakan kampanye public relations yang merupakan pengembangan dari kampanye pemasaran. Philip berpendapat public relations adalah bagian dari mega marketing yaitu aplikasi koordinasi secara terencana atas unsur-unsur ekonomi, psikologi, politik, dan ketrampilan public relations untuk memperoleh simpati (kerjasama) dari pihak-pihak terkait agar dapat beroperasi atau masuk ke pasar tertentu.
Philip Kotler menyebutkan tujuan dari marketing public relations ini adalah untuk menampilkan pola how to service of excellent marketing dalam upaya mempertahankan loyalitas pelanggan.
Konsep marketing public relations yang dikemukakan oleh Philip Kotler yaitu proses POAC dari program-program yang dapat merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi yang dipercaya dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan konsumen.
Konsep public relations tersebut melahirkan three ways strategy untuk menciptakan opini public yang favourable atau menciptakan citra. Three ways strategy tersebut terdiri dari pull strategy (menarik), power strategy (kekuatan, penyandang), push strategy (mendorong), dan pass strategy (membujuk).
Pull strategy yaitu strategi untuk menarik perhatian, merupakan langkah pertama atau attention dalam teori conditioning atau AIDDA. Power strategy merupakan kekuatan lembaga atau terkait dengan citra dan identitas suatu perusahaan. Push strategy dalam three ways strategy ini adalah merangsang konsumen untuk membeli produk, jadi bermacam-macam pelayanan yang menarik benefit, hadiah, dsb. Sedangkan pass strategy, adalah strategi untuk membujuk sehingga masyarakat atau nasabah berpotensi dapat mendukung tercapainya tujuan marketing public relations.
Perluasan pengaruh pesan dalam kegiatan marketing public relations dapat bersifat: informatif yaitu menginformasikan manfaat dan daya guna, persuasif sebagai kiat membujuk, serta edukatif yaitu bersifat rasional yang dapat diterima dalam taraf kognisi konsumen atau dengan kata lain dapat mendidik konsumen.
Ruang lingkup marketing public relations antara lain: memposisikan perusahaan sebagai leader atau expert, membangun kepercayaan konsumen (confidence and trust), memperkenalkan produk baru, menghapus lalu meluncurkan kembali (relaunch) produk-produk yang sudah dewasa (mature), mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan produk lama, mempromosikan cara-cara pemakaian baru atas produk-produk yang sudah dikenal, melibatkan atau menggerakkan masyarakat terhadap produk kita, menjangkau secondary markets, menekan pasar yang lemah, memperluas jangkauan iklan, menyebarkan barita sebelum beriklan, membuat iklan lebih berbunyi (menjadi bahan pembicaraan), menjelaskan product story dengan lebih detail, memperoleh publisitas atas produk-produk yang tabu diiklankan di televisi, melakukan tes konsep pemasaran, mengidentifikasikan produk (merek) dengan nama perusahaan, mendapatkan dukungan konsumen dengan menjelaskan misi perusahaan, mendorong motivasi tenaga-tenaga penjual (sales force), dan memperoleh dukungan dari para penyalur (pengecer).
MENGENAL HEINEKEN N.V.
Latar Belakang
G.A. Heineken mendirikan Heineken N.V. pada tahun 1864 dengan membeli de Hooiberg (the Haystack), sebuah pabrik penyulingan yang sudah lama beroperasi di pusat kota Amsterdam sejak 1592. Pada tahun 1990, Heineken masih tetap di bawah kendali keluarga Heineken, telah menjadi salah satu grup perusahaan minum terbesar di dunia, yang memproduksi dan mendistribusikan merek-merek terkemuka bir, minuman ringan, minuman keras, dan anggur. Di samping Heineken, merek terkenal dunia, ada lagi merek-merek terkemuka lainnya yaitu Amstel, Sourcy, Royal Club, dan yang paling baru Buckler. Heineken juga mengelola berbagai merek nasional dan regional di beberapa pasar khusus.
Heineken, sebagaimana perusahaan penyulingan internasional, menerapkan sejumlah strategi distribusi untuk merek globalnya yaitu ekspor, penyulingan di bawah lisensi, dan melakukan akuisisi baik keseluruhan atau mengambil posisi minoritas di pabrik minuman lainnya.
Strategi Ekspor, strategi ini mampu memberikan keunggulan awal, yaitu menyediakan pasar baru. Produknya, sebagai produk impor bisa dipasarkan sebagai merek premium. Namun dengan strategi ekspor ini biaya transportasi bisa melonjak dan tanpa jaringan distribusi luas pangsa pasar jadi terbatas.
Lisensi, strategi umum lainnya bagi pabrik adalah melisensikan formulanya pada pabrik penyulingan lainnya. Perusahaan akan mendapat aliran tetap keuntungan dan peningkatan pangsa pasar melalui jaringan distribusi perusahaan lokal. Namun secara umum keluhan utamanya adalah kurangnya kontrol atas pemasaran merek.
Akuisisi, dengan strategi ini perusahaan dapat mengambil posisi minoritas atau mengakuisi pabrik lainnya secara utuh. Kemudian perusahaan dapat memutuskan apakah mengekspor merek globalnya dengan distribusi dipegang perusahaan operator ataukah memproduksi secara lokal yang ditangani perusahaan operator. Namun biasanya apabila terjadi akuisisi, perusahaan menambahkan sejumlah merek lokal pabrik itu ke dalam portofolionya. Pabrik yang diakuisisi harus memiliki jaringan luas untuk menjamin keberhasilan distribusi merek global tersebut. Tahun 1960an dan 1970an, banyak perusahaan bir Inggris mengakuisisi sejumlah pabrik Jerman dan Belgia. Namun strategi ini gagal karena pasar di kedua negara tersebut terfragmentasi.
Dengan pengaturan semacam itu, strategi perusahaan di pasar Eropa adalah dengan memiliki portofolio merek-merek internasional seperti Heineken dan Amstel, bersama-sama merek-merek lokal produksi perusahaan operator, di antara merek-merek terkemuka di setiap segmen pasar. Misalnya perusahaan operator Heineken di Perancis, Sogebra S.A. memproduksi merek lokal ”33” Export, untuk pasar lager mainstream dan mengimpor merek Heineken untuk pasar lager impor premium. Biasanya, perusahaan paling sukses dengan merek globalnya di negara-negara di mana mereka punya perusahaan operator dan cenderung kurang berhasil di negara-negara di mana Heineken hanya melakukan ekspor.
Organisasi Heineken
Organisasi Heineken dikelola oleh dewan eksekutif neranggota lima orang, yaitu presiden, dan empat direktur koordinasi wilayah meliputi Eropa, Asia/Australia, Afrika, dan Barat. Perusahaan Heineken dibagi dalam enam divisi yaitu Pemasaran dan Lisensi, Tehnik, Sosial, Ekspor, Keuangan dan Koordinasi Wilayah. Keempat direktur koordinasi wilayah dilimpahi wewenang penyusunan strategi dan koordinasi wilayah dilimpahi penyusunan strategi dan koordinasi perusahaan operator yang ada di wilayah mereka masing-masing.
KASUS PRODUK BARU: INDUSTRI BIR NONALKOHOL
Produk
Bir nonalkohol adalah bagian dari industri bir Eropa, peluncuran pertama kali terjadi di Swiss dan Jerman setelah Perang Dunia II. Proses produksi saat itu disebut vacuum distillation, menghilangkan kandungan alkohol setelah proses fermentasi. Sejak itu berbagai metode sudah dikembangkan, termasuk proses peragian khusus yang tidak menghasilkan alkohol.
Bir nonalkohol biasanya masih mengandung sedikit alkohol yang jumlahnya tergantung pada batas legal kandungan alkohol dalam minuman nonalkohol. Misalnya di Jerman, bir nonalkohol bisa saja mengandung alkohol dengan batas legal 0,5 persen. Sementara di Perancis, batas legalnya adalah 1 persen.
Produk ini biasanya disebut sebagai bebas alkohol atau rendah alkohol, yang merupakan gambaran lebih spesifik. Bir bebas alkohol masih ada jejak alkoholnya, sementara bir rendah alkohol berarti kandungan alkoholnya masih lebih rendah dari batas legal.
Pasar
Peminum bir nonalkohol biasanya adalah mereka yang suka rasa bir namun menghindari alkohol karena berbagai alasan. Baik konsumen yang memiliki alasan medis, sejumlah konsumen yang kuatir tentang dampak minuman keras terhadap mengemudi, atau pun konsumen yang merasa berdosa apabila minum terlalu banyak alkohol.
Selama tahun 1980an, dua tren pemasaran menciptakan tambahan permintaan atas produk ini: peningkatan kesadaran akan kesehatan dan tekanan sosial menentang penyalahgunaan alkohol. Dari data statistik, perusahaan bir reguler dapat menyaksikan turunnya pangsa pasar mereka dari total pasar minuman seiring dengan meningkatnya konsumsi minuman sehat termasuk bir nonalkohol.
Baik tekanan pemerintah maupun sosial meningkatkan proporsi konsumen yang minum bir nonalkohol. Banyak orang yang dengan sadar mengorbankan soal rasa supaya dapat menghindari alkohol.
Peluncuran Bir Buckler
Latar Belakang
Bir nonalkohol sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi Heineken. Semenjak tahun 1930an, pemikiran untuk membuat bir nonalkohol ke Amerika selama periode pelarangan sudah sering diperdebatkan. Pada tahun 1980an Heineken sudah mempunyai dua produk bir nonalkohol yaitu Amstel Brew dan Aquila Sin, masing-masing di distribusikan di Arab Saudi dan Spanyol. Namun karena kelemahan produk ini dalam soal rasa, seperti juga merek-merek pesaing waktu itu, tidak satu pun dari keduanya pernah dipertimbangkan untuk dipasarkan secara internasional.
Manajemen Heineken merasa bahwa pasar bir nonalkohol masih terlalu kecil untuk dikembangkan dalam skala penuh untuk mengatasi masalah rasa. Namun demikian, pemasaran perusahaan tetap memonitor aktivitas sejumlah pasar bir nonalkohol seperti di Swiss dan Amereka Serikat supaya tetap up to date mengikuti perkembangan baru. Dewan eksekutif Heineken baru merasa tertarik untuk terjun pada segmen ini pada tahun 1986, pada waktu Guiness meluncurkan sebuah bir nonalkohol bernama Kaliber.
Pada tahun 1987, Heineken mempersiapkan dukungan finansial bagi pengembangan produk besar-besaran serta program komersialisasinya. Kemudian Heineken membentuk sebuah tim kerja yang bertujuan untuk mengembangkan, sampai akhir tahun 1987 sebuah bir nonalkohol yang rasanya lebih baik dari merek pesaing serta meluncurkannya di Eropa, dan kemudian ke seluruh dunia.
Pengembangan Strategi Pemasaran
Tim kerja yang telah dibentuk perusahaan sangat antusias terhadap peluang meluncurkan bir nonalkohol di banyak negara. Tim yakin bahwa peminum bir nonalkohol cenderung serupa dimana-mana. Mereka adalah orang yang suka rasa bir namun tidak dapat atau tidak mau minum alkohol. Tim kerja sepakat bahwa sebuah strategi pemasaran merek yang standar dapat diterapkan hanya dengan sedikit penyesuaian lokal.
Pengembangan Produk
Tim kerja merasa bahwa mengembangkan lager bir nonalkohol adalah paling layak, karena rasanya dalam bir reguler diterima paling luas di Eropa. Mereka sepakat pada kandungan alkohol sekitar 0,5 persen, yang merupakan jumlah rata-rata dalam bir nonalkohol yang ada di pasar.
Selama lima bulan masa pengembangan, persaingan lunak muncul di antara manajer tehnik dari HTB dan manajer produksi Heineken Belanda melibatkan organisasi Spanyol dalam menciptakan bir nonalkohol yang paling rasanya. Kedua proses fermentasi tanpa alkohol atau menghilangkan alkohol setelah fermentasi sama-sama dieksplorasi. Pada akhirnya, sebuah proses fermentasi khusus berhasil dikembangkan dan dijaga kerahasiaannya.
Tim kerja segera menyadari bahwa semakin tinggi kadar alkoholnya maka semakin enak pula rasanya. Mereka berasumsi bahwa peminum bir nonalkohol menginginkan rasanya sedekat mungkin dengan lager tradisional. Produk itu akhirnya sedikit diubah menjadi alkohol berkadar 0,9 persen untuk pasar Perancis dan Spanyol yang menetapkan batas legal 1 persen. Sedangkan untuk pasar Eropa lainnya, kadar alkoholnya tetap dipertahankan 0,5 persen.
Positioning
Temuan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dua strategi positioning mungkin dipilih buat Buckler, yaitu: minuman dewasa nonalkohol atau bir nonalkohol. Dalam kedua kasus, tujuannya adalah meningkatkan konsumsi bir nonalkohol, hanya dengan pendekatan yang berbeda. Yang pertama menyiratkan sebagai subtitusi semua minuman ringan, dan yang kedua menawarkan bir alternatif bagi peminum bir.
Tim kerja memperdebatkan pro dan kontra masing-masing strategi. Sebagai minuman nonbir, potensi pasarnya sangat besar. tetapi persaingan untuk mengganti minuman ringan juga sangat ketat, di sana ada cola, air mineral, sari buah, dan kopi, dan masing-masing memiliki strategi positioning dan pemasaran sendiri-sendiri. Mereka sepakat menggunakan strategi ini akan sangat beresiko.
Akhirnya, tim kerja memutuskan untuk mengikuti pilihan kedua. Dari riset pasar di Swiss, mereka sadar bahwa mayoritas bir nonalkohol yang ada di pasar diposisikan sebagai produk bir ketimbang sebagai produk nonbir.
Mereka juga memutuskan untuk menuruti pemikiran pengembangan sebuah produk bir yang semirip mungkin dengan bir lager pada umumnya. Mereka tidak ingin beranjak terlalu jauh dari rasa dan citra bir regular karena mereka ingin konsumen merasa mendapatkan real thing tanpa alkohol ketimbang sesuatu yang inferior.
Kelompok Sasaran
Kelompok yang dibidik adalah kelompok kelas pendapatan menengah dan atas karena tim sepakat bahwa merekalah yang akan pertama-tama mengurangi konsumsi alkohol dalam minuman mereka. Peminum bir Heineken reguler berusia antara 20 sampai 35 tahun. Dalam bir Buckler, tim memutuskan untuk membidik konsumen berusia 25 sampai 40 tahun, kelompok umur yang cenderung mulai mengkuatirkan tingkat konsumsi alkohol mereka.
Pada awalnya, tim tidak betul-betul tahu apakah mereka harus membidik peminum berat atau ringan. Sejumlah anggota tim percaya bahwa peminum beratlah yang lebih membutuhkan. Namun asebagian anggota yang lain tidak setuju, menurut mereka peminum ringan lebih rasional dalama masalah asupan alkohol. Perdebatan dibiarkan tanpa pemecahan, meskipun pada akhirnya strategi pemasaran final lebih cenderung memilih peminum berat.
Penetapan Harga
Tim kerja memutuskan untuk memperkenalkan Buckler dengan harga premium walaupun sebenarnya biaya produksinya lebih rendah berkat penghematan cukai. Dengan begitu, mereka yakin kalau produk itu akan lebih mempunyai kredibilitas. Mereka ingin Buckler dipandang sebagai merek dengan citra premium, mengingat citra bir nonalkohol khususnya di masa lalu dipandang sebagai produk bermutu rendah. Tim juga ingin menguatkan kualitas rasa dan membuat konsumen merasa seolah-olah memperoleh sesuatu rasa tanpa alkohol dari pada seolah-olah merasa berkorban dengan membeli produk itu.
Merek
Selanjutnya, perdebatan juga berpusat pada pertanyaan apakah produk merupakan perluasan lini (line extention) dari merek yang sebelumnya sudah ada ataukah nama yang benar-benar baru. Meskipun perusahaan telah membuat lini pada merek Heineken atau pun Amstal, namun semua merek tersebut mengandung alkohol.
Sejumlah anggota tim berpendapat bahwa bir nonalkohol memiliki konotasi yang negatif, karena itu dengan mengadakan perpanjangan lini pada merek yang sudah ada sebelumnya, perusahaan tidak hanya akan membahayakan kesuksesan merek standar dikuatirkan juga akan membuat konsumen bingung. Namun sebagian anggota lainnya menunjuk pada sejumlah keberhasilan perluasan lini di pasar lokal. Swan Special Light, perluasan dari Swan Export, lager standar, mampu merebut sekitar 40 persen pangsa pasar Australia. Cruz Campo Sin, perluasan Cruz Campo, juga menikmati 40 persen pangsa pasar bir nonalkohol di Spanyol.
Akhirnya tim kerja sepakat menggunakan nama baru, tim kerja meminta agen periklanan internasional, Interbrands, untuk mengembangkan sesuatu yang beer sounding. Setelah beberapa bulan uji preferensi konsumen, termasuk pengecekan masalah hukum dan bahasa pada 25 usulan nama, maka agen tersebut mengajukan dua buah nama yaitu Buckler dan Norlander. Dua agen perancang juga diminta mengembangkan label bir yang berbeda-beda, baik yang bersifat kontemporer maupun yang lebih tradisional. Akhirnya salah satu label tradisional dipilih.
Penelitian Pasar
Setelah pengembangan produk, mantap dengan strategi positioning dan memilih label traditional, maka usulan nama Norlander dan Buckler akhirnya diujikan. Baik uji kualitatif maupun kuantatif dilaksanakan di empat negara yaitu Belanda, Spanyol, Amerika dan Perancis.
Survey kualitatif meliputi diskusi facus group tentang atribut bir nonalkohol. Riset kuantitatif meminta responden untuk membandingkan rasa dan citra Buckler dan Norlander dengan merek-merek pesaing: di Spanyol terhadap Cruz Campo Sin, sang pemimpin pasar; di Perancis terhadap Tourtel, juga pemimpin pasar; di Amerika Serikat terhadap merek impor Kaliber; dan di Belanda terhadap Clausthaler, merek impor pemimpin pasar.
Peluncuran Produk
Manajer Pengembangan Merek, dari Pemasaran Perusahan, mengirimkan memo pada semua perusahaan operator yang memberitahukan usulan rencana pemasaran Buckler. Di dalamnya dijelaskan alasan mengapa tim kerja mengambil keputusan atas berbagai unsur bauran pemasaran, meliputi produk, kemasan, harga, kelompok sasaran, strategi positioning, dan komunikasi. Tujuannya adalah untuk berpartisipasi dalam pasar bir yang berkembang dengan memperkenalkan produk Buckler yang baru dikembangkan sebagai merek internasional dan untuk meraih posisi sebagai pemimpin pasar.
Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi akan memposisikan produk ini sebagai merek premium dengan rasa bir bermutu tinggi. Konsep komunikasi internasional lebih dipentingkan, namun juga masih memungkinkan penyesuaian kondisi setempat. Konsep internasional ini dipilih karena latar belakang pengembangan bir nonalkohol di berbagai negara dirasa kurang lebih sama untuk masing-masing negara.
Dewan Eksekutif akhirnya memutuskan peluncuran produk pada akhir tahun 1987. Pemasaran perusahaan agak terkejut ketika perusahaan operator menunjukkan reaksi yang berbeda-beda terhadap rencana pemasaran. Idelanya mereka ingin memperkenalkan produk itu di seluruh perusahaan operator di Eropa. Namun hanya cabang di Perancis dan Spanyol saja yang tertarik untuk meluncurkan produk itu segera. Divisi Belanda menunda karena Belanda hanya memiliki pasar bir nonalkohol yang kecil pada saat itu. Di Irlandia, perusahaan sedang memperkenalkan Amstel dan beralasan bahwa sumber daya yang ada tidaklah cukup untuk mendukung peluncuran dua merek pada saat yang bersamaan. Perusahaan operator Italia merasa tidak ada pasar di Italia dan karena itu mereka keberatan. Di Yunani, perusahaan setempat melihat kaitan antara gagasan hidup sehat dengan pengurangan konsumsi alkohol belum diterima masyarakat, sehingga mereka juga menolak merek tersebut.
Pengembangan Strategi Komunikasi
Akhirnya tinggal Spanyol dan Perancis yang tersisa bagi pemasaran perusahaan untuk peluncuran produk dan pengembangan strategi komunikasi. Walaupun Perancis adalah satu-satunya negara yang betul-betul tertarik dengan kampanye periklanan, pemasaran perusahaan tetap ingin terus menerapkan strategi komunikasi Pan Eropa, yaitu dengan satu pesan yang konsisten terhadap seluruh Eropa.
Kampanye Pertama
FHV, sebuah agen periklanan Belanda yang biasa dipakai Heineken, mendapat breifing tentang Buckler. Agen tersebut mengusulkan slogan: sometimes you drink beer, sometimes you drink Buckler. Konsep ini dipaparkan dalam rapat manajer pemasaran semua perusahaan operator di Amsterdam. Namun tak seorang pun memberikan sambutan hangat, khususnya manajer dari Perancis dan Spanyol. Spanyol tidak menyukainya karena terlalu fokus pada pengembangan kategori bir nonalkohol ketimbang merek itu sendiri, sementara pasar bir nonalkohol di Spanyol sudah terbentuk mantap. Rapat berakhir tanpa keputusan. Divisi Perancis dan Spanyol disilahkan membuat iklan mereka.
Kedua perusahaan operator ini mendiskusikan proposal copy periklanan mereka masing-masing sebelum akhirnya memilih usulan Perancis. Di Spanyol dilakukan sedikit perubahan. Misalnya, dalam iklan televisi yang memakai gantole versi Perancis, tidak ada tulisan apa pun di layar. Sementara untuk versi Spanyol terdapat kata Buckler menghiasi layar.
Kampanye Kedua
Dewan Eksekutif melibatkan diri di musim gugur tahun 1988. mereka berkesimpulan Buckler memerlukan strategi komunikasi yang konsisten di seluruh Eropa. Namun kali ini General Manager Spanyol yang ditunjuk mengembangkan strategi komunikasi Pan Eropa untuk bir Buckler. Dengan bantuan agen seleksi periklanan, General Manager dan anggota pemasaran perusahaan memilih agen periklanan internasional Lintas karena usulan mereka: so much taste, you won’t miss the alcohol.
Selanjutnya General Manager itu bersama anggota pemasaran perusahaan memutuskan untuk mengambil posisi lebih obyektif terhadap perusahaan operator. Pertama-tama, mereka ditunjukkan breifing pada agen periklanan yang kemudian mereka terima. Lalu, sebelum pembicaraan kampanye yang sebenarnya dengan perusahaan operator, bagian riset pemasaran perusahaan mengujinya diberbagai negara untuk uji respons. Jika positif, perusahaan operator harus menerimanya. Jika negatif, mereka dapat membuat iklan sendiri. Para manajer Perancis berkeberatan karena mereka tidak ingin melepas kampanye gantole asli mereka. Karena itu, riset pemasaran perusahaan menguji kedua versi dan akhirnya terpilih versi kedua yaitu kisah seorang wartawan yang sibuk memburu berita. Di negara-negara lainnya, Spanyol, Irlandia, dan Belanda, uji terhadap versi ini juga berhasil.
Setahun kemudian, kampanye kedua iklan wartawan ini masih dipakai oleh semua perusahaan operator termasuk Spanyol, Perancis, Belanda, Irlandia, dan pada tahun 1990 akhirnya juga diikuti kedua perusahaan operator terakhir yang mau menerima merek ini yaitu Italia dan Yunani.
DAFTAR RUJUKAN
Amirullah & Hardjanto, I. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nirwana. 2006. Service Marketing Strategy. Malang: DIOMA.
Panuju, R. 2000. Komunikasi Bisnis: Bisnis sebagai Proses Komunikasi, Komunikasi sebagai Kegiatan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Phillipson, I. 2008. Buku Pintar Public Relations. Yogyakarta: Image Press
Santoso, E. & Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulaksana, U. 2003. Integrated Marketing Communications: Teks dan Kasus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Yulianita, N. 2010. Modul Public Relations. Surabaya: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo
DALAM KASUS PRODUK BARU
PENGERTIAN MARKETING PUBLIC RELATIONS
Ian Phillipson (2008) berpendapat bahwa pada saat anda berkata perusahaan anda adalah yang terbaik itulah iklan, saat anda berkata perusahaan anda adalah pilihan tepat untuk memenuhi kebutuhan konsumen itulah marketing, dan saat anda tidak mengatakan apapun tetapi konsumen datang berduyun-duyun itulah public relations. Sedangkan pemasaran atau marketing disebutkan Philip Kotler sebagai proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.
Melihat kedua pengertian diatas tentang public relations dan marketing maka kita melihat adanya komunikasi marketing yang terlibat di dalamnya. Nirwana dalam bukunya Service Marketing Strategy mengemukakan betapa pentingnya komunikasi pemasaran, Nirwana (2006) berpendapat keberadaan jasa (produk) perlu dikomunikasikan kepada pelanggan atau target market. Tanpa adanya komunikasi bisnis, maka jasa (produk) akan sulit diterima oleh market.
Menurut Philip Kotler, marketing public relations merupakan kampanye public relations yang merupakan pengembangan dari kampanye pemasaran. Philip berpendapat public relations adalah bagian dari mega marketing yaitu aplikasi koordinasi secara terencana atas unsur-unsur ekonomi, psikologi, politik, dan ketrampilan public relations untuk memperoleh simpati (kerjasama) dari pihak-pihak terkait agar dapat beroperasi atau masuk ke pasar tertentu.
Philip Kotler menyebutkan tujuan dari marketing public relations ini adalah untuk menampilkan pola how to service of excellent marketing dalam upaya mempertahankan loyalitas pelanggan.
Konsep marketing public relations yang dikemukakan oleh Philip Kotler yaitu proses POAC dari program-program yang dapat merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi yang dipercaya dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan konsumen.
Konsep public relations tersebut melahirkan three ways strategy untuk menciptakan opini public yang favourable atau menciptakan citra. Three ways strategy tersebut terdiri dari pull strategy (menarik), power strategy (kekuatan, penyandang), push strategy (mendorong), dan pass strategy (membujuk).
Pull strategy yaitu strategi untuk menarik perhatian, merupakan langkah pertama atau attention dalam teori conditioning atau AIDDA. Power strategy merupakan kekuatan lembaga atau terkait dengan citra dan identitas suatu perusahaan. Push strategy dalam three ways strategy ini adalah merangsang konsumen untuk membeli produk, jadi bermacam-macam pelayanan yang menarik benefit, hadiah, dsb. Sedangkan pass strategy, adalah strategi untuk membujuk sehingga masyarakat atau nasabah berpotensi dapat mendukung tercapainya tujuan marketing public relations.
Perluasan pengaruh pesan dalam kegiatan marketing public relations dapat bersifat: informatif yaitu menginformasikan manfaat dan daya guna, persuasif sebagai kiat membujuk, serta edukatif yaitu bersifat rasional yang dapat diterima dalam taraf kognisi konsumen atau dengan kata lain dapat mendidik konsumen.
Ruang lingkup marketing public relations antara lain: memposisikan perusahaan sebagai leader atau expert, membangun kepercayaan konsumen (confidence and trust), memperkenalkan produk baru, menghapus lalu meluncurkan kembali (relaunch) produk-produk yang sudah dewasa (mature), mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan produk lama, mempromosikan cara-cara pemakaian baru atas produk-produk yang sudah dikenal, melibatkan atau menggerakkan masyarakat terhadap produk kita, menjangkau secondary markets, menekan pasar yang lemah, memperluas jangkauan iklan, menyebarkan barita sebelum beriklan, membuat iklan lebih berbunyi (menjadi bahan pembicaraan), menjelaskan product story dengan lebih detail, memperoleh publisitas atas produk-produk yang tabu diiklankan di televisi, melakukan tes konsep pemasaran, mengidentifikasikan produk (merek) dengan nama perusahaan, mendapatkan dukungan konsumen dengan menjelaskan misi perusahaan, mendorong motivasi tenaga-tenaga penjual (sales force), dan memperoleh dukungan dari para penyalur (pengecer).
MENGENAL HEINEKEN N.V.
Latar Belakang
G.A. Heineken mendirikan Heineken N.V. pada tahun 1864 dengan membeli de Hooiberg (the Haystack), sebuah pabrik penyulingan yang sudah lama beroperasi di pusat kota Amsterdam sejak 1592. Pada tahun 1990, Heineken masih tetap di bawah kendali keluarga Heineken, telah menjadi salah satu grup perusahaan minum terbesar di dunia, yang memproduksi dan mendistribusikan merek-merek terkemuka bir, minuman ringan, minuman keras, dan anggur. Di samping Heineken, merek terkenal dunia, ada lagi merek-merek terkemuka lainnya yaitu Amstel, Sourcy, Royal Club, dan yang paling baru Buckler. Heineken juga mengelola berbagai merek nasional dan regional di beberapa pasar khusus.
Heineken, sebagaimana perusahaan penyulingan internasional, menerapkan sejumlah strategi distribusi untuk merek globalnya yaitu ekspor, penyulingan di bawah lisensi, dan melakukan akuisisi baik keseluruhan atau mengambil posisi minoritas di pabrik minuman lainnya.
Strategi Ekspor, strategi ini mampu memberikan keunggulan awal, yaitu menyediakan pasar baru. Produknya, sebagai produk impor bisa dipasarkan sebagai merek premium. Namun dengan strategi ekspor ini biaya transportasi bisa melonjak dan tanpa jaringan distribusi luas pangsa pasar jadi terbatas.
Lisensi, strategi umum lainnya bagi pabrik adalah melisensikan formulanya pada pabrik penyulingan lainnya. Perusahaan akan mendapat aliran tetap keuntungan dan peningkatan pangsa pasar melalui jaringan distribusi perusahaan lokal. Namun secara umum keluhan utamanya adalah kurangnya kontrol atas pemasaran merek.
Akuisisi, dengan strategi ini perusahaan dapat mengambil posisi minoritas atau mengakuisi pabrik lainnya secara utuh. Kemudian perusahaan dapat memutuskan apakah mengekspor merek globalnya dengan distribusi dipegang perusahaan operator ataukah memproduksi secara lokal yang ditangani perusahaan operator. Namun biasanya apabila terjadi akuisisi, perusahaan menambahkan sejumlah merek lokal pabrik itu ke dalam portofolionya. Pabrik yang diakuisisi harus memiliki jaringan luas untuk menjamin keberhasilan distribusi merek global tersebut. Tahun 1960an dan 1970an, banyak perusahaan bir Inggris mengakuisisi sejumlah pabrik Jerman dan Belgia. Namun strategi ini gagal karena pasar di kedua negara tersebut terfragmentasi.
Dengan pengaturan semacam itu, strategi perusahaan di pasar Eropa adalah dengan memiliki portofolio merek-merek internasional seperti Heineken dan Amstel, bersama-sama merek-merek lokal produksi perusahaan operator, di antara merek-merek terkemuka di setiap segmen pasar. Misalnya perusahaan operator Heineken di Perancis, Sogebra S.A. memproduksi merek lokal ”33” Export, untuk pasar lager mainstream dan mengimpor merek Heineken untuk pasar lager impor premium. Biasanya, perusahaan paling sukses dengan merek globalnya di negara-negara di mana mereka punya perusahaan operator dan cenderung kurang berhasil di negara-negara di mana Heineken hanya melakukan ekspor.
Organisasi Heineken
Organisasi Heineken dikelola oleh dewan eksekutif neranggota lima orang, yaitu presiden, dan empat direktur koordinasi wilayah meliputi Eropa, Asia/Australia, Afrika, dan Barat. Perusahaan Heineken dibagi dalam enam divisi yaitu Pemasaran dan Lisensi, Tehnik, Sosial, Ekspor, Keuangan dan Koordinasi Wilayah. Keempat direktur koordinasi wilayah dilimpahi wewenang penyusunan strategi dan koordinasi wilayah dilimpahi penyusunan strategi dan koordinasi perusahaan operator yang ada di wilayah mereka masing-masing.
KASUS PRODUK BARU: INDUSTRI BIR NONALKOHOL
Produk
Bir nonalkohol adalah bagian dari industri bir Eropa, peluncuran pertama kali terjadi di Swiss dan Jerman setelah Perang Dunia II. Proses produksi saat itu disebut vacuum distillation, menghilangkan kandungan alkohol setelah proses fermentasi. Sejak itu berbagai metode sudah dikembangkan, termasuk proses peragian khusus yang tidak menghasilkan alkohol.
Bir nonalkohol biasanya masih mengandung sedikit alkohol yang jumlahnya tergantung pada batas legal kandungan alkohol dalam minuman nonalkohol. Misalnya di Jerman, bir nonalkohol bisa saja mengandung alkohol dengan batas legal 0,5 persen. Sementara di Perancis, batas legalnya adalah 1 persen.
Produk ini biasanya disebut sebagai bebas alkohol atau rendah alkohol, yang merupakan gambaran lebih spesifik. Bir bebas alkohol masih ada jejak alkoholnya, sementara bir rendah alkohol berarti kandungan alkoholnya masih lebih rendah dari batas legal.
Pasar
Peminum bir nonalkohol biasanya adalah mereka yang suka rasa bir namun menghindari alkohol karena berbagai alasan. Baik konsumen yang memiliki alasan medis, sejumlah konsumen yang kuatir tentang dampak minuman keras terhadap mengemudi, atau pun konsumen yang merasa berdosa apabila minum terlalu banyak alkohol.
Selama tahun 1980an, dua tren pemasaran menciptakan tambahan permintaan atas produk ini: peningkatan kesadaran akan kesehatan dan tekanan sosial menentang penyalahgunaan alkohol. Dari data statistik, perusahaan bir reguler dapat menyaksikan turunnya pangsa pasar mereka dari total pasar minuman seiring dengan meningkatnya konsumsi minuman sehat termasuk bir nonalkohol.
Baik tekanan pemerintah maupun sosial meningkatkan proporsi konsumen yang minum bir nonalkohol. Banyak orang yang dengan sadar mengorbankan soal rasa supaya dapat menghindari alkohol.
Peluncuran Bir Buckler
Latar Belakang
Bir nonalkohol sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi Heineken. Semenjak tahun 1930an, pemikiran untuk membuat bir nonalkohol ke Amerika selama periode pelarangan sudah sering diperdebatkan. Pada tahun 1980an Heineken sudah mempunyai dua produk bir nonalkohol yaitu Amstel Brew dan Aquila Sin, masing-masing di distribusikan di Arab Saudi dan Spanyol. Namun karena kelemahan produk ini dalam soal rasa, seperti juga merek-merek pesaing waktu itu, tidak satu pun dari keduanya pernah dipertimbangkan untuk dipasarkan secara internasional.
Manajemen Heineken merasa bahwa pasar bir nonalkohol masih terlalu kecil untuk dikembangkan dalam skala penuh untuk mengatasi masalah rasa. Namun demikian, pemasaran perusahaan tetap memonitor aktivitas sejumlah pasar bir nonalkohol seperti di Swiss dan Amereka Serikat supaya tetap up to date mengikuti perkembangan baru. Dewan eksekutif Heineken baru merasa tertarik untuk terjun pada segmen ini pada tahun 1986, pada waktu Guiness meluncurkan sebuah bir nonalkohol bernama Kaliber.
Pada tahun 1987, Heineken mempersiapkan dukungan finansial bagi pengembangan produk besar-besaran serta program komersialisasinya. Kemudian Heineken membentuk sebuah tim kerja yang bertujuan untuk mengembangkan, sampai akhir tahun 1987 sebuah bir nonalkohol yang rasanya lebih baik dari merek pesaing serta meluncurkannya di Eropa, dan kemudian ke seluruh dunia.
Pengembangan Strategi Pemasaran
Tim kerja yang telah dibentuk perusahaan sangat antusias terhadap peluang meluncurkan bir nonalkohol di banyak negara. Tim yakin bahwa peminum bir nonalkohol cenderung serupa dimana-mana. Mereka adalah orang yang suka rasa bir namun tidak dapat atau tidak mau minum alkohol. Tim kerja sepakat bahwa sebuah strategi pemasaran merek yang standar dapat diterapkan hanya dengan sedikit penyesuaian lokal.
Pengembangan Produk
Tim kerja merasa bahwa mengembangkan lager bir nonalkohol adalah paling layak, karena rasanya dalam bir reguler diterima paling luas di Eropa. Mereka sepakat pada kandungan alkohol sekitar 0,5 persen, yang merupakan jumlah rata-rata dalam bir nonalkohol yang ada di pasar.
Selama lima bulan masa pengembangan, persaingan lunak muncul di antara manajer tehnik dari HTB dan manajer produksi Heineken Belanda melibatkan organisasi Spanyol dalam menciptakan bir nonalkohol yang paling rasanya. Kedua proses fermentasi tanpa alkohol atau menghilangkan alkohol setelah fermentasi sama-sama dieksplorasi. Pada akhirnya, sebuah proses fermentasi khusus berhasil dikembangkan dan dijaga kerahasiaannya.
Tim kerja segera menyadari bahwa semakin tinggi kadar alkoholnya maka semakin enak pula rasanya. Mereka berasumsi bahwa peminum bir nonalkohol menginginkan rasanya sedekat mungkin dengan lager tradisional. Produk itu akhirnya sedikit diubah menjadi alkohol berkadar 0,9 persen untuk pasar Perancis dan Spanyol yang menetapkan batas legal 1 persen. Sedangkan untuk pasar Eropa lainnya, kadar alkoholnya tetap dipertahankan 0,5 persen.
Positioning
Temuan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dua strategi positioning mungkin dipilih buat Buckler, yaitu: minuman dewasa nonalkohol atau bir nonalkohol. Dalam kedua kasus, tujuannya adalah meningkatkan konsumsi bir nonalkohol, hanya dengan pendekatan yang berbeda. Yang pertama menyiratkan sebagai subtitusi semua minuman ringan, dan yang kedua menawarkan bir alternatif bagi peminum bir.
Tim kerja memperdebatkan pro dan kontra masing-masing strategi. Sebagai minuman nonbir, potensi pasarnya sangat besar. tetapi persaingan untuk mengganti minuman ringan juga sangat ketat, di sana ada cola, air mineral, sari buah, dan kopi, dan masing-masing memiliki strategi positioning dan pemasaran sendiri-sendiri. Mereka sepakat menggunakan strategi ini akan sangat beresiko.
Akhirnya, tim kerja memutuskan untuk mengikuti pilihan kedua. Dari riset pasar di Swiss, mereka sadar bahwa mayoritas bir nonalkohol yang ada di pasar diposisikan sebagai produk bir ketimbang sebagai produk nonbir.
Mereka juga memutuskan untuk menuruti pemikiran pengembangan sebuah produk bir yang semirip mungkin dengan bir lager pada umumnya. Mereka tidak ingin beranjak terlalu jauh dari rasa dan citra bir regular karena mereka ingin konsumen merasa mendapatkan real thing tanpa alkohol ketimbang sesuatu yang inferior.
Kelompok Sasaran
Kelompok yang dibidik adalah kelompok kelas pendapatan menengah dan atas karena tim sepakat bahwa merekalah yang akan pertama-tama mengurangi konsumsi alkohol dalam minuman mereka. Peminum bir Heineken reguler berusia antara 20 sampai 35 tahun. Dalam bir Buckler, tim memutuskan untuk membidik konsumen berusia 25 sampai 40 tahun, kelompok umur yang cenderung mulai mengkuatirkan tingkat konsumsi alkohol mereka.
Pada awalnya, tim tidak betul-betul tahu apakah mereka harus membidik peminum berat atau ringan. Sejumlah anggota tim percaya bahwa peminum beratlah yang lebih membutuhkan. Namun asebagian anggota yang lain tidak setuju, menurut mereka peminum ringan lebih rasional dalama masalah asupan alkohol. Perdebatan dibiarkan tanpa pemecahan, meskipun pada akhirnya strategi pemasaran final lebih cenderung memilih peminum berat.
Penetapan Harga
Tim kerja memutuskan untuk memperkenalkan Buckler dengan harga premium walaupun sebenarnya biaya produksinya lebih rendah berkat penghematan cukai. Dengan begitu, mereka yakin kalau produk itu akan lebih mempunyai kredibilitas. Mereka ingin Buckler dipandang sebagai merek dengan citra premium, mengingat citra bir nonalkohol khususnya di masa lalu dipandang sebagai produk bermutu rendah. Tim juga ingin menguatkan kualitas rasa dan membuat konsumen merasa seolah-olah memperoleh sesuatu rasa tanpa alkohol dari pada seolah-olah merasa berkorban dengan membeli produk itu.
Merek
Selanjutnya, perdebatan juga berpusat pada pertanyaan apakah produk merupakan perluasan lini (line extention) dari merek yang sebelumnya sudah ada ataukah nama yang benar-benar baru. Meskipun perusahaan telah membuat lini pada merek Heineken atau pun Amstal, namun semua merek tersebut mengandung alkohol.
Sejumlah anggota tim berpendapat bahwa bir nonalkohol memiliki konotasi yang negatif, karena itu dengan mengadakan perpanjangan lini pada merek yang sudah ada sebelumnya, perusahaan tidak hanya akan membahayakan kesuksesan merek standar dikuatirkan juga akan membuat konsumen bingung. Namun sebagian anggota lainnya menunjuk pada sejumlah keberhasilan perluasan lini di pasar lokal. Swan Special Light, perluasan dari Swan Export, lager standar, mampu merebut sekitar 40 persen pangsa pasar Australia. Cruz Campo Sin, perluasan Cruz Campo, juga menikmati 40 persen pangsa pasar bir nonalkohol di Spanyol.
Akhirnya tim kerja sepakat menggunakan nama baru, tim kerja meminta agen periklanan internasional, Interbrands, untuk mengembangkan sesuatu yang beer sounding. Setelah beberapa bulan uji preferensi konsumen, termasuk pengecekan masalah hukum dan bahasa pada 25 usulan nama, maka agen tersebut mengajukan dua buah nama yaitu Buckler dan Norlander. Dua agen perancang juga diminta mengembangkan label bir yang berbeda-beda, baik yang bersifat kontemporer maupun yang lebih tradisional. Akhirnya salah satu label tradisional dipilih.
Penelitian Pasar
Setelah pengembangan produk, mantap dengan strategi positioning dan memilih label traditional, maka usulan nama Norlander dan Buckler akhirnya diujikan. Baik uji kualitatif maupun kuantatif dilaksanakan di empat negara yaitu Belanda, Spanyol, Amerika dan Perancis.
Survey kualitatif meliputi diskusi facus group tentang atribut bir nonalkohol. Riset kuantitatif meminta responden untuk membandingkan rasa dan citra Buckler dan Norlander dengan merek-merek pesaing: di Spanyol terhadap Cruz Campo Sin, sang pemimpin pasar; di Perancis terhadap Tourtel, juga pemimpin pasar; di Amerika Serikat terhadap merek impor Kaliber; dan di Belanda terhadap Clausthaler, merek impor pemimpin pasar.
Peluncuran Produk
Manajer Pengembangan Merek, dari Pemasaran Perusahan, mengirimkan memo pada semua perusahaan operator yang memberitahukan usulan rencana pemasaran Buckler. Di dalamnya dijelaskan alasan mengapa tim kerja mengambil keputusan atas berbagai unsur bauran pemasaran, meliputi produk, kemasan, harga, kelompok sasaran, strategi positioning, dan komunikasi. Tujuannya adalah untuk berpartisipasi dalam pasar bir yang berkembang dengan memperkenalkan produk Buckler yang baru dikembangkan sebagai merek internasional dan untuk meraih posisi sebagai pemimpin pasar.
Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi akan memposisikan produk ini sebagai merek premium dengan rasa bir bermutu tinggi. Konsep komunikasi internasional lebih dipentingkan, namun juga masih memungkinkan penyesuaian kondisi setempat. Konsep internasional ini dipilih karena latar belakang pengembangan bir nonalkohol di berbagai negara dirasa kurang lebih sama untuk masing-masing negara.
Dewan Eksekutif akhirnya memutuskan peluncuran produk pada akhir tahun 1987. Pemasaran perusahaan agak terkejut ketika perusahaan operator menunjukkan reaksi yang berbeda-beda terhadap rencana pemasaran. Idelanya mereka ingin memperkenalkan produk itu di seluruh perusahaan operator di Eropa. Namun hanya cabang di Perancis dan Spanyol saja yang tertarik untuk meluncurkan produk itu segera. Divisi Belanda menunda karena Belanda hanya memiliki pasar bir nonalkohol yang kecil pada saat itu. Di Irlandia, perusahaan sedang memperkenalkan Amstel dan beralasan bahwa sumber daya yang ada tidaklah cukup untuk mendukung peluncuran dua merek pada saat yang bersamaan. Perusahaan operator Italia merasa tidak ada pasar di Italia dan karena itu mereka keberatan. Di Yunani, perusahaan setempat melihat kaitan antara gagasan hidup sehat dengan pengurangan konsumsi alkohol belum diterima masyarakat, sehingga mereka juga menolak merek tersebut.
Pengembangan Strategi Komunikasi
Akhirnya tinggal Spanyol dan Perancis yang tersisa bagi pemasaran perusahaan untuk peluncuran produk dan pengembangan strategi komunikasi. Walaupun Perancis adalah satu-satunya negara yang betul-betul tertarik dengan kampanye periklanan, pemasaran perusahaan tetap ingin terus menerapkan strategi komunikasi Pan Eropa, yaitu dengan satu pesan yang konsisten terhadap seluruh Eropa.
Kampanye Pertama
FHV, sebuah agen periklanan Belanda yang biasa dipakai Heineken, mendapat breifing tentang Buckler. Agen tersebut mengusulkan slogan: sometimes you drink beer, sometimes you drink Buckler. Konsep ini dipaparkan dalam rapat manajer pemasaran semua perusahaan operator di Amsterdam. Namun tak seorang pun memberikan sambutan hangat, khususnya manajer dari Perancis dan Spanyol. Spanyol tidak menyukainya karena terlalu fokus pada pengembangan kategori bir nonalkohol ketimbang merek itu sendiri, sementara pasar bir nonalkohol di Spanyol sudah terbentuk mantap. Rapat berakhir tanpa keputusan. Divisi Perancis dan Spanyol disilahkan membuat iklan mereka.
Kedua perusahaan operator ini mendiskusikan proposal copy periklanan mereka masing-masing sebelum akhirnya memilih usulan Perancis. Di Spanyol dilakukan sedikit perubahan. Misalnya, dalam iklan televisi yang memakai gantole versi Perancis, tidak ada tulisan apa pun di layar. Sementara untuk versi Spanyol terdapat kata Buckler menghiasi layar.
Kampanye Kedua
Dewan Eksekutif melibatkan diri di musim gugur tahun 1988. mereka berkesimpulan Buckler memerlukan strategi komunikasi yang konsisten di seluruh Eropa. Namun kali ini General Manager Spanyol yang ditunjuk mengembangkan strategi komunikasi Pan Eropa untuk bir Buckler. Dengan bantuan agen seleksi periklanan, General Manager dan anggota pemasaran perusahaan memilih agen periklanan internasional Lintas karena usulan mereka: so much taste, you won’t miss the alcohol.
Selanjutnya General Manager itu bersama anggota pemasaran perusahaan memutuskan untuk mengambil posisi lebih obyektif terhadap perusahaan operator. Pertama-tama, mereka ditunjukkan breifing pada agen periklanan yang kemudian mereka terima. Lalu, sebelum pembicaraan kampanye yang sebenarnya dengan perusahaan operator, bagian riset pemasaran perusahaan mengujinya diberbagai negara untuk uji respons. Jika positif, perusahaan operator harus menerimanya. Jika negatif, mereka dapat membuat iklan sendiri. Para manajer Perancis berkeberatan karena mereka tidak ingin melepas kampanye gantole asli mereka. Karena itu, riset pemasaran perusahaan menguji kedua versi dan akhirnya terpilih versi kedua yaitu kisah seorang wartawan yang sibuk memburu berita. Di negara-negara lainnya, Spanyol, Irlandia, dan Belanda, uji terhadap versi ini juga berhasil.
Setahun kemudian, kampanye kedua iklan wartawan ini masih dipakai oleh semua perusahaan operator termasuk Spanyol, Perancis, Belanda, Irlandia, dan pada tahun 1990 akhirnya juga diikuti kedua perusahaan operator terakhir yang mau menerima merek ini yaitu Italia dan Yunani.
DAFTAR RUJUKAN
Amirullah & Hardjanto, I. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nirwana. 2006. Service Marketing Strategy. Malang: DIOMA.
Panuju, R. 2000. Komunikasi Bisnis: Bisnis sebagai Proses Komunikasi, Komunikasi sebagai Kegiatan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Phillipson, I. 2008. Buku Pintar Public Relations. Yogyakarta: Image Press
Santoso, E. & Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulaksana, U. 2003. Integrated Marketing Communications: Teks dan Kasus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Yulianita, N. 2010. Modul Public Relations. Surabaya: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo
PENGARUH LOBBY YAHUDI
PENGARUH LOBBY YAHUDI
PENGERTIAN LOBBY DAN NEGOSIASI
Disadari maupun tidak, setiap orang sebenarnya adalah seorang negosiator. Dalam keseharian hidup, setiap orang kerap melakukan lobby dan negosiasi untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Lobby dan negosiasi hampir selalu muncul dalam setiap aspek kehidupan manusia, baik secara individual ataupun kelompok.
Pengertian lobby menurut Pareno (2010) berasal dari bahasa Inggris yaitu Lobbying yang mempunyai dua arti. Pertama, berarti ruang tunggu di gedung, hotel, atau gedung parlemen. Kedua, berarti upaya untuk mempengaruhi pembuat keputusan, baik anggota parlemen maupun pejabat pemerintah. Melihat pengertian di atas maka dalam konteks Lobby Yahudi ini maka pengertian lobi yang akan digunakan adalah pengertian yang kedua. Sedangkan pengertian lobby berdasarkan New Oxford American Dictionary (2nd Edition), lobby diartikan sebagai upaya untuk memengaruhi seseorang (pejabat politik atau publik) atas suatu isu.
Dalam konteks komunikasi, Pareno (2010) berpendapat lobby merupakan komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi antar seseorang dengan seseorang. Meskipun pihak yang dilobby lebih dari satu orang, lobby tetap merupakan komunikasi interpersonal. Namun komunikasi interpersonal tersebut dapat berubah menjadi komunikasi kelompok apabila pihak yang melakukan lobby dan yang dilobby masing-masing berjumlah lebih dari lima sampai sepuluh orang.
Hampir sama dengan lobby, negosiasi menurut Pareno (2010) berasal dari bahasa Inggris yaitu negotiation. Dalam kamus lengkap Wojowasito & Wasito (1980) negotiation berarti merundingkan, atau menyingkirkan kesukaran. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan negosiasi sebagai proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan pihak lain.
Dari pengertian di atas, baik lobby maupun negosiasi pada prinsipnya memiliki makna yang sama, yaitu membuka ruang pertukaran sumber daya untuk memenuhi kebutuhan. Perbedaan atas keduanya lebih pada bentuknya. Bentuk formal biasa disebut negosiasi, sedangkan bentuk informal dinyatakan sebagai lobby. Proses lobby tidak terikat waktu dan tempat, dan bisa dilakukan terus menerus dalam waktu panjang. Namun proses lobby juga memerlukan kemampuan komunikasi interpersonal yang lebih tinggi dibandingkan dengan negosiasi. Kemampuan interpersonal ini dipakai untuk mengolah proses pertukaran kepentingan dalam situasi yang nyaman dan bersahabat.
Apabila lobby bersifat nonformal, yang berarti tidak mengikat pihak yang melakukan lobby dan pihak yang menerima lobby, maka dalam negosiasi apabila sudah melahirkan kesepakatan harus mengikat kedua belah pihak. Oleh karena itu negosiasi biasanya dilanjutkan dengan MOU (Memorandum of Understanding), kontrak atau surat perjanjian, dan tindakan. Dalam lobby, yang aktif adalah pihak yang melakukan lobby. Sedangkan dalam negosiasi kedua belah pihak sama-sama aktif.
LOBBY YAHUDI
Latar Belakang Yahudi di Amerika Serikat
Kedatangan Yahudi di Amerika Serikat berawal pada tahun 1492, dimana dalam pelayarannya, Christoper Columbus yang mengikut sertakan sekolompok Yahudi setelah lebih dari 300.000 orang Yahudi diusir dari Spanyol. Pelayaran yang membuka mata dunia barat terhadap separuh bumi yang lain tersebut tidak lepas dari peran orang-orang Yahudi. Terdapat lima orang Yahudi dalam pelayaran Columbus tersebut, yakni Luis de Torres, penerjemah; Marco, ahli bedah; Bernal, dokter; Alonzo de la Caile dan Gabriel Sanchez.
Menurut Henry Ford dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1977 dalam The International Jew dalam Ford (2006) kalangan Yahudi melihat Amerika bak sebuah tanah yang penuh buah. Sehingga mendorong terjadinya gelombang imigrasi ke Amerika Selatan, khususnya Brasil. Namun karena campur tangan militer dalam persengketaan orang Brazil dan Belanda, maka orang-orang Yahudi Brazil tergerak untuk berimigrasi. Mereka kemudian berpindah ke koloni Belanda yang sekarang dikenal sebagai New York. Gubernur Belanda, Peter Stuyvesant tidak setuju dengan kehadiran Yahudi tersebut dan memerintahkan mereka untuk pergi. Namun orang-orang Yahudi sudah melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya pengusiran dengan melakukan lobby kepada para pengusaha. Kemudian para direktur tersebut mengemukakan alasan agar kalangan Yahudi dapat diterima, yaitu karena orang-orang Yahudi telah banyak menanam modal di perusahaan-perusahaan mereka.
Meski akhirnya dapat tinggal, akan tetapi orang-orang Yahudi tetap dilarang memasuki pelayanan publik dan membuka toko-toko ritel. Sehingga mereka beralih ke perdagangan luar negeri dan dengan cepat memonopoli berkat jaringan koneksi mereka di Eropa.
Kebijakan Gubernur Belanda, Peter Stuyvesant tersebut tanpa disadari telah mendorong orang-orang Yahudi untuk membangun New York menjadi pelabuhan utama di Amerika. New York kemudian justru menjadi pusat populasi kaum Yahudi di dunia. Bagian terpenting dari kota itu jatuh dalam genggaman orang-orang Yahudi.
Dalam Ford (2006) disebutkan para penulis Yahudi yang menyaksikan kemakmuran itu menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan Tanah Yang Dijanjikan. New York adalah Yerusalem baru, bahkan sebagian penulis menyebutkan puncak-puncak pegunungan Rocky asebagai pegunungan Zion.
Pada jaman George Washington, sudah terdapat sekitar 4.000 orang Yahudi di negara itu yang sebagian besar adalah pedagang-pedagang sukses. Mereka menyokong kepentingan Amerika dan membantu koloni-koloni revolosioner dengan memberikan pinjaman pada masa-masa kritis.
Daftar bisnis yang dikontrol oleh Yahudi Amerika Serikat meliputi industri-industri paling vital. Industri yang benar-benar vital dan melalui cara-cara tertentu membuat beberapa industri tampak menjadi vital. Berbagai bisnis berskala nasional maupun internasional berada dibawah kontrol Yahudi Amerika, baik dilakukan sendiri maupun bekerjasama dengan jaringan Yahudi di luar negeri.
Menurut Ford (2006) contoh-contoh kemakmuran Yahudi di Amerika serikat adalah hal yang sudah lazim, tetapi kemakmuran tidaklah dicampuradukkan dengan kontrol. Dalam kondisi yang serupa, rasanya mustahil non-Yahudi bisa merebut kontrol yang dipegang Yahudi. Alasannya, karena kurangnya solidaritas di antara mereka sendiri, kurangnya konspirasi untuk mencapai tujuan tertentu, kurangnya keeratan antar-ras. Itu semua merupakan ciri yang membedakan mereka dengan orang-orang Yahudi. Tidak ada rasa persatuan di antara orang non-Yahudi. Di lain pihak, bagi orang Yahudi, setiap orang Yahudi bagaikan saudara sendiri.
Moses Hess dalam bukunya yang berjudul Rome and Yerusalem dalam Ford (2006) mengemukakan orang-orang Yahudi lebih dari sekedar pengikut sebuah agama. Mereka adalah ras, sebuah persaudaraan, bangsa. Pendapat tersebut dibenarkan oleh Bertram B Benas dalam bukunya Zionism: the National Jewish Movement yang menyebutkan bahwa entitas Yahudi secara esensial adalah entitas sebuah bangsa.
Peran Lobby dalam Kebijakan Amerika Serikat
Dalam Pemerintahan Amerika Serikat, para politikus secara berkala berupaya membentuk persepsi tentang perhatian nasional dan untuk meyakinkan wakil rakyat pembuat perundang-undangan dan presiden untuk mengadopsi pilihan-pilihan kebijakan mereka. Pengaruh kompetisi antar fraksi tersebut menurut Mearsheimer dan Walt (2006) sangatlah terkenal dan dipuji oleh James Madison dalam bukunya ”Federal Nomor.10” dimana kompetisi tersebut mempengaruhi kelompok-kelompok politik yang berbeda dalam membentuk aspek kebijakan luar negeri Amerika, termasuk dalam hal keputusan untuk berperang.
Suatu kelompok politik tertentu yang berkuasa dapat mempengaruhi penentuan sebuah kebijakan yang sebenarnya dapat berdampak tidak baik bagi negara secara keseluruhan. Sebuah harga yang dibayarkan dengan bertujuan untuk melindungi industri-industri tertentu dari kompetisi dengan pihak asing dapat menguntungkan perusahaan-perusahaan tertentu tetapi bukan banyak konsumen yang harus membayar bagi produk barang industri tersebut.
Sebagai contoh kasus, Asosiasi Persenjataan Nasional Amerika Serikat sukses dalam menghalangi pembentukkan Dewan Pengontrol Senjata Api yang tentunya menguntungkan pihak produsen dan distributor dan mengabaikan protes dari masyarakat akan kekerasan yang diakibatkan oleh kepemilikan senjata api.
Contoh kasus lainnya dapat ditemukan ketika pelobi terdahulu dari Institut Perminyakan Amerika Serikat menjabat sebagai Ketua Staff di Gedung Putih untuk Komisi Kualitas Lingkungan Hidup yang menggunakan jabatannya untuk menggagalkan laporan tentang hubungan antara emisi gas rumah kaca dan pemanasan global dimana menyebabkan kekawatiran bahwa industri perminyakan akan melindungi kepentingannya dengan cara yang dapat membahayakan banyak pihak.
Mengenal Lobby Yahudi
Lobby Yahudi atau Lobby Israel dapat dipahami sebagai istilah koalisi dari berbagai individu dan organisasi yang secara aktif bekerja untuk membentuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang mengarah pada pro-Israel. Lobby Yahudi ini tidak hanya bergerak sendiri, berbagai organisasi dan individu yang terlibat dalam lobby bergerak secara terbuka dan dengan cara yang sama dengan tindakan para kelompok politik lainnya.
Lobby Yahudi digunakan oleh Pemerintah Amerika Serikat adalah pada saat menentukan kebijakan luar negeri yang berkaitan dengan Konflik Timur Tengah. Berbagai pertanyaan akan kebijakan terhadap Timur Tengah yang berbeda untuk saat ini. Para pihak pendukung Israel selalu berhasil memaksakan untuk menyebarluaskan bahwa kebijakan Amerika Serikat haruslah selalu memperhatikan kepentingan Israel.
Walaupun beberapa pihak internal Pemerintah Amerika Serikat tidak setuju dengan kondisi tersebut dan berpendapat bahwa haruslah diadopsi pendekatan berbeda dengan tidak menitikberatkan pada kepentingan Amerika Serikat atau Israel.
Pengaruh Lobby Yahudi dalam Kebijakan Amerika Serikat
Henry Ford dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1977 dalam The International Jew dalam Ford (2006) pernah berpendapat bahwa masalah Yahudi bukanlah jumlah orang Yahudi yang tinggal di Amerika. Bukan pula kecemburuan Amerika terhadap keberhasilan orang-orang Yahudi. Bukan pula sikap keberatan terhadap agama Musa, Yahudi. Masalah Yahudi adalah sesuatu yang lain. Dan sesuatu yang lain itu adalah fakta adanya pengaruh Yahudi dalam kehidupan negara tempat mereka tinggal. Di Amerika Serikat, masalah Yahudi merupakan pengaruh mereka dalam kehidupan rakyat Amerika.
Pada kenyataannya, Pemerintah Amerika Serikat menurut Mearsheimer dan Walt (2006) selalu mendukung agar Negara Israel untuk tetap eksis atau ada keberadaannya.. Dengan melihat situasi tersebut tentunya lebih berpengaruh dibandingkan dengan pesaing potensial utamanya seperti melalui ”Lobby Arab” atau ”Lobby Minyak” yang dilakukan oleh keturunan negara-negara Timur Tengah di Amerika Serikat.
Meskipun jarang terjadi, berbagai macam aspek dari kegiatan lobby bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan Pemerintah Amerika Serikat dalam berbagai cara seperti yang dilakukan oleh kelompok pengamat lainnya. Pihak-pihak tersebutlah yang dapat dipastikan sebagai ”Komunitas Pendukung Yahudi” atau ”Gerakan Menolong Israel”. Karena kegiatan lobby para kelompok inti tersebut maka istilah ”Lobby Yahudi” lebih dikenal secara umum seperti halnya digunakan dalam bidang lobby pertanian, lobby asuransi, lobby senjata atau lobby etnis lainnya.
Bahkan J. J Goldberg dalam bukunya Jewish Power: Inside the Jewish Establishment dalam Petras (2008) mengemukakan bahwa berdasarkan pada data di awal tahun 1990-an, tercatat 45 persen dari penggalangan dana untuk Partai Demokrat dan 25 persen pendanaan untuk untuk Partai Republik berasal dari Komite Aksi Politik (Political Action Committees/PACs), badan dana Yahudi. Angka yang lebih tinggi dikemukakan dalam survei oleh Ricard Cohen dari Wahington Post. Hasil survei tersebut adalah 60 persen pendanaan untuk Partai Demokrat berasal dari PACs Yahudi pro-Israel dan 35 persen untuk Partai Republik.
Seperti pada kelompok pengamat khusus lainnya, Group pendukung Yahudi adalah Organisasi Zionis Amerika (ZOA) dengan seorang tokoh utama yaitu Malcolm Hoenlein, sebagai Wakil Ketua Eksekutif Konferensi Presidentil Organisasi Yahudi Amerika Mayoritas. Diluar itu secara jelas terdapat juga kelompok dan individu dengan posisi yang membingungkan dan bukan merupakan bagian dari lobby Yahudi yaitu Asosiasi Nasional Arab-Amerika dengan tokoh utamanya Rashid Khalidi, Akademisi Universitas Kolombia.
Lobby Yahudi memiliki sebuah inti yang terdiri dari berbagai organisasi untuk mendorong Pemerintah Amerika Serikat secara berkesinambungan tetap membantu Israel tentunya tanpa secara konsisten aktif sebagai kelompok lobby Yahudi seperti para juru runding yang tergabung dalam Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC), para anggota peneliti pada Institut Washington untuk Kebijakan Timur Jauh (WINEP) atau kepemimpinan organisasi seperti Liga Anti Penentang (ADL) dan Persatuan Umat Kristen untuk Israel (CUFI).
Mereka adalah pendukung hak-hak orang Yahudi dan Negara Israel yang bertujuan meyakinkan Pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan bantuan perlindungan bagi Israel saat dalam bahaya. Seorang senior yang secara konsisten memberikan voting suaranya untuk mendukung Israel tidak perlu menjadi kelompok inti lobby Yahudi karena mereka dibutuhkan untuk memberikan tanggapan untuk menghadapi tekanan politik yang diluncurkan kelompok pengamat Anti-Israel.
Persyaratan untuk menjadi bagian dari kelompok lobby Yahudi, seseorang haruslah aktif bekerja menggegolkan kebijakan ke arah Pro-Israel. Untuk sebuah organisasi, harus menjadi bagian penting dari misi tersebut dan bagi seseorang harus mengorbankan kehidupan pribadinya. Mereka adalah seperti seorang reporter New York Times, David Sanger, Profesor Bruce Jentleson dari Universitas Duke dan kolumnis Washington Post, Charles Krauthammer atau pendiri Universitas Sejarah Princeto, Bernard Lewis.
Beberapa tokoh lobby Yahudi terkemuka adalah Morton Klein dari Organisasi Zionis Amerika (ZOA), John Hagee dari Persatuan Umat Kristen untuk Israel (CUFI), Rael Jean Isaac dari Amerika untuk Keselamatan Israel dan Dennis Ross dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Jauh (WINEP) serta Martin Indyk dari Lembaga Brrokings. Mereka adalah orang-orang yang berkepentingan untuk menetapkan negosiasi dan terkadang harus mengkritisi tindakan Israel tertentu walaupun ketika Israel mengambil langkah berhadapan dengan Amerika Serikat, dan setiap orang tersebut haruslah siap memberikan kehidupan profesionalnya untuk mendorong dukungan singkat ini. Oleh sebab itu, walaupun terbukti salah tetapi lobby Yahudi yang dilakukan adalah suatu kesatuan, dengan kurang lebih menggambarkan suatu koalisi, dimana hal tersebut merupakan kesalahan untuk menyingkirkan seseorang yang aktif bekerja untuk menggalangkan kerjasama khusus dengan negara Yahudi.
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2010. Negosiasi. (Online), (http://www.edo.web.id/wp/2007/08/14/negosiasi. Diakses 25 Nopember 2010)
Ford, H. 2006. The Internasional Jews: Membongkar Makar Zionisme Internasional. Jakarta: Penerbit Hikmah
Mearsheimer, J. J. & Walt, S. M. 2006. The Israel Lobby and US Foreign Policy. New York: Anonymous
Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Pareno, S. A. 2010. Modul Lobby dan Negosiasi. Surabaya: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo
Petras, J. 2008. The Power of Israel in USA: Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia. Jakarta: Zahra Publishing House
Santoso, E. & Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryadi, B. 2010. Negosiasi yang Berhasil. (Online), (http://www.sinarharapan.co.id. Diakses 25 Nopember 2010)
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Wojowasito, S. & Wasito, T. 1980. Kamus Lengkap: Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Bandung: Hasta.
PENGERTIAN LOBBY DAN NEGOSIASI
Disadari maupun tidak, setiap orang sebenarnya adalah seorang negosiator. Dalam keseharian hidup, setiap orang kerap melakukan lobby dan negosiasi untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Lobby dan negosiasi hampir selalu muncul dalam setiap aspek kehidupan manusia, baik secara individual ataupun kelompok.
Pengertian lobby menurut Pareno (2010) berasal dari bahasa Inggris yaitu Lobbying yang mempunyai dua arti. Pertama, berarti ruang tunggu di gedung, hotel, atau gedung parlemen. Kedua, berarti upaya untuk mempengaruhi pembuat keputusan, baik anggota parlemen maupun pejabat pemerintah. Melihat pengertian di atas maka dalam konteks Lobby Yahudi ini maka pengertian lobi yang akan digunakan adalah pengertian yang kedua. Sedangkan pengertian lobby berdasarkan New Oxford American Dictionary (2nd Edition), lobby diartikan sebagai upaya untuk memengaruhi seseorang (pejabat politik atau publik) atas suatu isu.
Dalam konteks komunikasi, Pareno (2010) berpendapat lobby merupakan komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi antar seseorang dengan seseorang. Meskipun pihak yang dilobby lebih dari satu orang, lobby tetap merupakan komunikasi interpersonal. Namun komunikasi interpersonal tersebut dapat berubah menjadi komunikasi kelompok apabila pihak yang melakukan lobby dan yang dilobby masing-masing berjumlah lebih dari lima sampai sepuluh orang.
Hampir sama dengan lobby, negosiasi menurut Pareno (2010) berasal dari bahasa Inggris yaitu negotiation. Dalam kamus lengkap Wojowasito & Wasito (1980) negotiation berarti merundingkan, atau menyingkirkan kesukaran. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan negosiasi sebagai proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan pihak lain.
Dari pengertian di atas, baik lobby maupun negosiasi pada prinsipnya memiliki makna yang sama, yaitu membuka ruang pertukaran sumber daya untuk memenuhi kebutuhan. Perbedaan atas keduanya lebih pada bentuknya. Bentuk formal biasa disebut negosiasi, sedangkan bentuk informal dinyatakan sebagai lobby. Proses lobby tidak terikat waktu dan tempat, dan bisa dilakukan terus menerus dalam waktu panjang. Namun proses lobby juga memerlukan kemampuan komunikasi interpersonal yang lebih tinggi dibandingkan dengan negosiasi. Kemampuan interpersonal ini dipakai untuk mengolah proses pertukaran kepentingan dalam situasi yang nyaman dan bersahabat.
Apabila lobby bersifat nonformal, yang berarti tidak mengikat pihak yang melakukan lobby dan pihak yang menerima lobby, maka dalam negosiasi apabila sudah melahirkan kesepakatan harus mengikat kedua belah pihak. Oleh karena itu negosiasi biasanya dilanjutkan dengan MOU (Memorandum of Understanding), kontrak atau surat perjanjian, dan tindakan. Dalam lobby, yang aktif adalah pihak yang melakukan lobby. Sedangkan dalam negosiasi kedua belah pihak sama-sama aktif.
LOBBY YAHUDI
Latar Belakang Yahudi di Amerika Serikat
Kedatangan Yahudi di Amerika Serikat berawal pada tahun 1492, dimana dalam pelayarannya, Christoper Columbus yang mengikut sertakan sekolompok Yahudi setelah lebih dari 300.000 orang Yahudi diusir dari Spanyol. Pelayaran yang membuka mata dunia barat terhadap separuh bumi yang lain tersebut tidak lepas dari peran orang-orang Yahudi. Terdapat lima orang Yahudi dalam pelayaran Columbus tersebut, yakni Luis de Torres, penerjemah; Marco, ahli bedah; Bernal, dokter; Alonzo de la Caile dan Gabriel Sanchez.
Menurut Henry Ford dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1977 dalam The International Jew dalam Ford (2006) kalangan Yahudi melihat Amerika bak sebuah tanah yang penuh buah. Sehingga mendorong terjadinya gelombang imigrasi ke Amerika Selatan, khususnya Brasil. Namun karena campur tangan militer dalam persengketaan orang Brazil dan Belanda, maka orang-orang Yahudi Brazil tergerak untuk berimigrasi. Mereka kemudian berpindah ke koloni Belanda yang sekarang dikenal sebagai New York. Gubernur Belanda, Peter Stuyvesant tidak setuju dengan kehadiran Yahudi tersebut dan memerintahkan mereka untuk pergi. Namun orang-orang Yahudi sudah melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya pengusiran dengan melakukan lobby kepada para pengusaha. Kemudian para direktur tersebut mengemukakan alasan agar kalangan Yahudi dapat diterima, yaitu karena orang-orang Yahudi telah banyak menanam modal di perusahaan-perusahaan mereka.
Meski akhirnya dapat tinggal, akan tetapi orang-orang Yahudi tetap dilarang memasuki pelayanan publik dan membuka toko-toko ritel. Sehingga mereka beralih ke perdagangan luar negeri dan dengan cepat memonopoli berkat jaringan koneksi mereka di Eropa.
Kebijakan Gubernur Belanda, Peter Stuyvesant tersebut tanpa disadari telah mendorong orang-orang Yahudi untuk membangun New York menjadi pelabuhan utama di Amerika. New York kemudian justru menjadi pusat populasi kaum Yahudi di dunia. Bagian terpenting dari kota itu jatuh dalam genggaman orang-orang Yahudi.
Dalam Ford (2006) disebutkan para penulis Yahudi yang menyaksikan kemakmuran itu menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan Tanah Yang Dijanjikan. New York adalah Yerusalem baru, bahkan sebagian penulis menyebutkan puncak-puncak pegunungan Rocky asebagai pegunungan Zion.
Pada jaman George Washington, sudah terdapat sekitar 4.000 orang Yahudi di negara itu yang sebagian besar adalah pedagang-pedagang sukses. Mereka menyokong kepentingan Amerika dan membantu koloni-koloni revolosioner dengan memberikan pinjaman pada masa-masa kritis.
Daftar bisnis yang dikontrol oleh Yahudi Amerika Serikat meliputi industri-industri paling vital. Industri yang benar-benar vital dan melalui cara-cara tertentu membuat beberapa industri tampak menjadi vital. Berbagai bisnis berskala nasional maupun internasional berada dibawah kontrol Yahudi Amerika, baik dilakukan sendiri maupun bekerjasama dengan jaringan Yahudi di luar negeri.
Menurut Ford (2006) contoh-contoh kemakmuran Yahudi di Amerika serikat adalah hal yang sudah lazim, tetapi kemakmuran tidaklah dicampuradukkan dengan kontrol. Dalam kondisi yang serupa, rasanya mustahil non-Yahudi bisa merebut kontrol yang dipegang Yahudi. Alasannya, karena kurangnya solidaritas di antara mereka sendiri, kurangnya konspirasi untuk mencapai tujuan tertentu, kurangnya keeratan antar-ras. Itu semua merupakan ciri yang membedakan mereka dengan orang-orang Yahudi. Tidak ada rasa persatuan di antara orang non-Yahudi. Di lain pihak, bagi orang Yahudi, setiap orang Yahudi bagaikan saudara sendiri.
Moses Hess dalam bukunya yang berjudul Rome and Yerusalem dalam Ford (2006) mengemukakan orang-orang Yahudi lebih dari sekedar pengikut sebuah agama. Mereka adalah ras, sebuah persaudaraan, bangsa. Pendapat tersebut dibenarkan oleh Bertram B Benas dalam bukunya Zionism: the National Jewish Movement yang menyebutkan bahwa entitas Yahudi secara esensial adalah entitas sebuah bangsa.
Peran Lobby dalam Kebijakan Amerika Serikat
Dalam Pemerintahan Amerika Serikat, para politikus secara berkala berupaya membentuk persepsi tentang perhatian nasional dan untuk meyakinkan wakil rakyat pembuat perundang-undangan dan presiden untuk mengadopsi pilihan-pilihan kebijakan mereka. Pengaruh kompetisi antar fraksi tersebut menurut Mearsheimer dan Walt (2006) sangatlah terkenal dan dipuji oleh James Madison dalam bukunya ”Federal Nomor.10” dimana kompetisi tersebut mempengaruhi kelompok-kelompok politik yang berbeda dalam membentuk aspek kebijakan luar negeri Amerika, termasuk dalam hal keputusan untuk berperang.
Suatu kelompok politik tertentu yang berkuasa dapat mempengaruhi penentuan sebuah kebijakan yang sebenarnya dapat berdampak tidak baik bagi negara secara keseluruhan. Sebuah harga yang dibayarkan dengan bertujuan untuk melindungi industri-industri tertentu dari kompetisi dengan pihak asing dapat menguntungkan perusahaan-perusahaan tertentu tetapi bukan banyak konsumen yang harus membayar bagi produk barang industri tersebut.
Sebagai contoh kasus, Asosiasi Persenjataan Nasional Amerika Serikat sukses dalam menghalangi pembentukkan Dewan Pengontrol Senjata Api yang tentunya menguntungkan pihak produsen dan distributor dan mengabaikan protes dari masyarakat akan kekerasan yang diakibatkan oleh kepemilikan senjata api.
Contoh kasus lainnya dapat ditemukan ketika pelobi terdahulu dari Institut Perminyakan Amerika Serikat menjabat sebagai Ketua Staff di Gedung Putih untuk Komisi Kualitas Lingkungan Hidup yang menggunakan jabatannya untuk menggagalkan laporan tentang hubungan antara emisi gas rumah kaca dan pemanasan global dimana menyebabkan kekawatiran bahwa industri perminyakan akan melindungi kepentingannya dengan cara yang dapat membahayakan banyak pihak.
Mengenal Lobby Yahudi
Lobby Yahudi atau Lobby Israel dapat dipahami sebagai istilah koalisi dari berbagai individu dan organisasi yang secara aktif bekerja untuk membentuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang mengarah pada pro-Israel. Lobby Yahudi ini tidak hanya bergerak sendiri, berbagai organisasi dan individu yang terlibat dalam lobby bergerak secara terbuka dan dengan cara yang sama dengan tindakan para kelompok politik lainnya.
Lobby Yahudi digunakan oleh Pemerintah Amerika Serikat adalah pada saat menentukan kebijakan luar negeri yang berkaitan dengan Konflik Timur Tengah. Berbagai pertanyaan akan kebijakan terhadap Timur Tengah yang berbeda untuk saat ini. Para pihak pendukung Israel selalu berhasil memaksakan untuk menyebarluaskan bahwa kebijakan Amerika Serikat haruslah selalu memperhatikan kepentingan Israel.
Walaupun beberapa pihak internal Pemerintah Amerika Serikat tidak setuju dengan kondisi tersebut dan berpendapat bahwa haruslah diadopsi pendekatan berbeda dengan tidak menitikberatkan pada kepentingan Amerika Serikat atau Israel.
Pengaruh Lobby Yahudi dalam Kebijakan Amerika Serikat
Henry Ford dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1977 dalam The International Jew dalam Ford (2006) pernah berpendapat bahwa masalah Yahudi bukanlah jumlah orang Yahudi yang tinggal di Amerika. Bukan pula kecemburuan Amerika terhadap keberhasilan orang-orang Yahudi. Bukan pula sikap keberatan terhadap agama Musa, Yahudi. Masalah Yahudi adalah sesuatu yang lain. Dan sesuatu yang lain itu adalah fakta adanya pengaruh Yahudi dalam kehidupan negara tempat mereka tinggal. Di Amerika Serikat, masalah Yahudi merupakan pengaruh mereka dalam kehidupan rakyat Amerika.
Pada kenyataannya, Pemerintah Amerika Serikat menurut Mearsheimer dan Walt (2006) selalu mendukung agar Negara Israel untuk tetap eksis atau ada keberadaannya.. Dengan melihat situasi tersebut tentunya lebih berpengaruh dibandingkan dengan pesaing potensial utamanya seperti melalui ”Lobby Arab” atau ”Lobby Minyak” yang dilakukan oleh keturunan negara-negara Timur Tengah di Amerika Serikat.
Meskipun jarang terjadi, berbagai macam aspek dari kegiatan lobby bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan Pemerintah Amerika Serikat dalam berbagai cara seperti yang dilakukan oleh kelompok pengamat lainnya. Pihak-pihak tersebutlah yang dapat dipastikan sebagai ”Komunitas Pendukung Yahudi” atau ”Gerakan Menolong Israel”. Karena kegiatan lobby para kelompok inti tersebut maka istilah ”Lobby Yahudi” lebih dikenal secara umum seperti halnya digunakan dalam bidang lobby pertanian, lobby asuransi, lobby senjata atau lobby etnis lainnya.
Bahkan J. J Goldberg dalam bukunya Jewish Power: Inside the Jewish Establishment dalam Petras (2008) mengemukakan bahwa berdasarkan pada data di awal tahun 1990-an, tercatat 45 persen dari penggalangan dana untuk Partai Demokrat dan 25 persen pendanaan untuk untuk Partai Republik berasal dari Komite Aksi Politik (Political Action Committees/PACs), badan dana Yahudi. Angka yang lebih tinggi dikemukakan dalam survei oleh Ricard Cohen dari Wahington Post. Hasil survei tersebut adalah 60 persen pendanaan untuk Partai Demokrat berasal dari PACs Yahudi pro-Israel dan 35 persen untuk Partai Republik.
Seperti pada kelompok pengamat khusus lainnya, Group pendukung Yahudi adalah Organisasi Zionis Amerika (ZOA) dengan seorang tokoh utama yaitu Malcolm Hoenlein, sebagai Wakil Ketua Eksekutif Konferensi Presidentil Organisasi Yahudi Amerika Mayoritas. Diluar itu secara jelas terdapat juga kelompok dan individu dengan posisi yang membingungkan dan bukan merupakan bagian dari lobby Yahudi yaitu Asosiasi Nasional Arab-Amerika dengan tokoh utamanya Rashid Khalidi, Akademisi Universitas Kolombia.
Lobby Yahudi memiliki sebuah inti yang terdiri dari berbagai organisasi untuk mendorong Pemerintah Amerika Serikat secara berkesinambungan tetap membantu Israel tentunya tanpa secara konsisten aktif sebagai kelompok lobby Yahudi seperti para juru runding yang tergabung dalam Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC), para anggota peneliti pada Institut Washington untuk Kebijakan Timur Jauh (WINEP) atau kepemimpinan organisasi seperti Liga Anti Penentang (ADL) dan Persatuan Umat Kristen untuk Israel (CUFI).
Mereka adalah pendukung hak-hak orang Yahudi dan Negara Israel yang bertujuan meyakinkan Pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan bantuan perlindungan bagi Israel saat dalam bahaya. Seorang senior yang secara konsisten memberikan voting suaranya untuk mendukung Israel tidak perlu menjadi kelompok inti lobby Yahudi karena mereka dibutuhkan untuk memberikan tanggapan untuk menghadapi tekanan politik yang diluncurkan kelompok pengamat Anti-Israel.
Persyaratan untuk menjadi bagian dari kelompok lobby Yahudi, seseorang haruslah aktif bekerja menggegolkan kebijakan ke arah Pro-Israel. Untuk sebuah organisasi, harus menjadi bagian penting dari misi tersebut dan bagi seseorang harus mengorbankan kehidupan pribadinya. Mereka adalah seperti seorang reporter New York Times, David Sanger, Profesor Bruce Jentleson dari Universitas Duke dan kolumnis Washington Post, Charles Krauthammer atau pendiri Universitas Sejarah Princeto, Bernard Lewis.
Beberapa tokoh lobby Yahudi terkemuka adalah Morton Klein dari Organisasi Zionis Amerika (ZOA), John Hagee dari Persatuan Umat Kristen untuk Israel (CUFI), Rael Jean Isaac dari Amerika untuk Keselamatan Israel dan Dennis Ross dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Jauh (WINEP) serta Martin Indyk dari Lembaga Brrokings. Mereka adalah orang-orang yang berkepentingan untuk menetapkan negosiasi dan terkadang harus mengkritisi tindakan Israel tertentu walaupun ketika Israel mengambil langkah berhadapan dengan Amerika Serikat, dan setiap orang tersebut haruslah siap memberikan kehidupan profesionalnya untuk mendorong dukungan singkat ini. Oleh sebab itu, walaupun terbukti salah tetapi lobby Yahudi yang dilakukan adalah suatu kesatuan, dengan kurang lebih menggambarkan suatu koalisi, dimana hal tersebut merupakan kesalahan untuk menyingkirkan seseorang yang aktif bekerja untuk menggalangkan kerjasama khusus dengan negara Yahudi.
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2010. Negosiasi. (Online), (http://www.edo.web.id/wp/2007/08/14/negosiasi. Diakses 25 Nopember 2010)
Ford, H. 2006. The Internasional Jews: Membongkar Makar Zionisme Internasional. Jakarta: Penerbit Hikmah
Mearsheimer, J. J. & Walt, S. M. 2006. The Israel Lobby and US Foreign Policy. New York: Anonymous
Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Pareno, S. A. 2010. Modul Lobby dan Negosiasi. Surabaya: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo
Petras, J. 2008. The Power of Israel in USA: Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia. Jakarta: Zahra Publishing House
Santoso, E. & Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryadi, B. 2010. Negosiasi yang Berhasil. (Online), (http://www.sinarharapan.co.id. Diakses 25 Nopember 2010)
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Wojowasito, S. & Wasito, T. 1980. Kamus Lengkap: Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Bandung: Hasta.
PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN
KOMUNIKASI
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu ketrampilan penting yang dibutuhkan dalam manajemen. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan/ ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.
Dalam sejarahnya, ilmu komunikasi dikembangkan oleh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga para ilmuwan tersebut mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen dalam Wiryanto (2004) mendifinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Sedangkan menurut Hoveland dalam Wiryanto (2004) komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.
Gode dalam Wiryanto (2004) memberi pengertian mengenai komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang. Raymon S. Ross dalam Wiryanto (2004) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris, menurut Mulyana (2003), berasal dari kata Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat ”Kita berbagi pikiran”, ”Kita mendiskusikan makna”, dan ”Kita mengirimkan pesan”.
Tujuan komunikasi adalah tujuan yang menyangkut upaya untuk mengubah perilaku sasaran setelah kegiatan komunikasi dilakukan. Rumusan tujuan harus memuat: khalayak sasaran, cakupan jumlah sasaran, dan perubahan perilaku yang diinginkan. Rencana operasional adalah uraian secara konsepsional mengenai sumber daya-sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan suatu program atau proyek.
Menurut Nirwana (2006) efektivitas komunikasi melingkupi tahap yang terdiri dari identifikasi khalayak sasaran, penentuan tujuan komunikasi, perancangan pesan, pemilihan saluran komunikasi, penetapan anggaran komunikasi, dan penentuan bauran komunikasi, serta mengukur hasil komunikasi.
PERENCANAAN KOMUNIKASI
Perencanaan adalah pernyataan tertulis mengenai segala sesuatu yang akan atau yang harus dilakukan. Sifat perencanaan selalu berorientasi ke masa yang akan datang (future oriented). Perencanaan komunikasi adalah pernyataan tertulis mengenai serangkaian tindakan tentang bagaimana suatu kegiatan komunikasi akan atau harus dilakukan agar mencapai perubahan perilaku sesuai dengan yang kita inginkan.
Bidang pekerjaan perencanaan merupakan salah satu fungsi pekerjaan manajerial. Oleh karena itu, tingkatannya pun sama dengan tingkatan yang ada pada suatu manajemen, yakni perencanaan strategik, perencanaan taktik, dan perencanaan teknik. Selain itu, tingkatan perencanaan bisa dilihat berdasarkan ruang lingkup jangkauan pembuatan kebijaksanaan. Berdasarkan hal itu, perencanaan komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam: National Policy-making Level, dan Cross-Ministerial Planning Level, dan Institusional Level Planning yang meliputi: managerial-policy level, supervisory-strategy level, dan project-operational level.
Perencanaan Komunikasi merupakan hal mendasar yang diperlukan dalam suatu kegiatan komunikasi sosial, utamanya untuk memperkenalkan atau memasarkan produk. Setelah memahami proses perencanaan dan elemen-elemen komunikasi dalam suatu organisasi, dapat ditemukan beberapa hal yang dapat merupakan masalah dalam perencanaan komunikasi. Menurut Wahyudi (2010) sebuah perencanaan komunikasi harus cermat dan tepat dalam menentukan siapa berbicara apa pada siapa melalui apa.
Tahapan perencanaan komunikasi pada dasarnya terdiri dari: (1) tahap identifikasi masalah komunikasi, (2) tahap perumusan tujuan komunikasi, (3) tahap penetapan rencana strategik, (4) tahap penetapan rencana operasional, (5) tahap penyusunan rencana evaluasi, dan (6) tahap merencanakan rekomendasi. Tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan satu persatu secara berurutan, tidak boleh meloncat-loncat.
Dalam tahap identifikasi masalah perlu dilakukan pengumpulan data/fakta/informasi mengenai kondisi khalayak sebagai bahan untuk melakukan analisis khalayak. Perumusan masalah harus berdasarkan pada felt needs dan real needs yang dimiliki oleh khalayak sasaran.
Dalam penjabaran lebih luas, tahapan dalam proses komunikasi dapat disusun sebagai berikut:
1.Formulasi misi lembaga: pernyataan umum tentang tujuan, filosofi dan alasan berdirinya/keberadaan lembaga yang bersangkutan.
2.Melakukan analisis terhadap kondisi dan kemampuan internal lembaga (:evaluasi diri).
3.Melakukan analisis/penilaian terhadap lingkungan eksternal lembaga, yang meliputi para kompetitor dan faktor-faktor eksternal lainnya.
4.Mengidentifikasi opsi-opsi alternatif, dengan mempertimbangkan existing resources dan lingkungan eksternalnya.
5.Menganalisa dan menyusun prioritas opsi-opsi tersebut dengan mengacu pada visi/misi lembaga dan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensinya dalam mencapai tujuan.
6.Memilih/merumuskan serangkaian tujuan jangka panjang dan grand strategy yang akan diwujudkan melalui pilihan atau opsi terpilih.
7.Menyusun tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sejalan/sesuai dengan tujuan jangka panjang dan grand strategies yang dipilih.
8.Implementasi opsi-opsi strategis dengan cara alokasi sumber keuangan, sesuai dengan tugas, orang, struktur teknologi dan sistem reward..
9.Mengevaluasi keberhasilan/kegagalan proses-proses strategis sebagai masukan bagi pembuatan keputusan berikutnya.
Sedangkan elemen utama dalam perencanaan komunikasi terdapat empat macam, yaitu :
1.Tujuan (Objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai
2.Aksi (Action). Serangkaian kegiatan yang yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
3.Sumber Daya (Resouces). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksakan aksi.
4.Pelaksanaan (Implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan.
Pada proses perencanaan tersebut, dampak ataupun akibat yang dihasilkan sangat bergantung pada ke-empat elemen perencanaan. Dalam proses perencanaan tersebut, peran komunikasi merupakan ketrampilan penting yang harus dimiliki oleh para manager. Karenanya dapat dikatakan pula bahwa perencanaan komunikasi meliputi fungsi-fungsi manajemen , yaitu :
1.Merencanakan (Planning).
2.Mengadakan (Organizing).
3.Mengutamakan (Leading).
4.Mengawasi (Controlling).
Untuk menunjang keberhasilan perencanaan komunikasi, maka perlu dipahami elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi antara lain:
1.Komunikator : orang yang menyampaikan pesan. Menurut Aristoteles dalam Wahyudi (2010) Seorang komunikator harus memiliki ethos sebagai berikut: good sense yaitu pikiran baik, good moral character yaitu moral baik, serta good will yaitu maksud yang baik.
2.Pesan : ide atau informasi yang disampaikan
3.Media : sarana komunikasi
4.Komunikan : audience, pihak yang menerima pesan
5.Umpan Balik : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya.
Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ide (encoding) yang merupakan hasil pengolahan ide (stimulus) berdasarkan kesan (perception) dan penerjemahan (interpretation) si penyampai ; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media (transmission through a channel) dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan (feedback).
Dari skema proses komunikasi diatas, untuk menunjang keberhasilan perencanaan komunikasi dapat dilihat Kesan (Perception) sebagai inti komunikasi. Kesan adalah nuansa rasa manusia kepada obyek tertentu. Kita terkesan, karena ada sesuatu yang menarik dari obyek tersebut. Obyek tersebut bisa berupa barang atau orang. Kita bisa terkesan kepada orang karena bermacam-macam; bisa karena wajah cantiknya, tampan, berkumis; bisa karena kata-katanya, karena janjinya, dan sebagainya. Membuat kesan yang baik, berarti kita harus berbuat dan bersikap tertentu yang membuat agar orang lain tertarik. Dapat dikatakan bahwa kesan/persepsi merupakan inti komunikasi.
Wahyudi (2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi komunikate adalah prior ethos yaitu membentuk gambaran tentang komunikator melalui pengalaman langsung atau pengalaman wakilan, dan intrinsic ethos yaitu membentuk gambaran tentang komunikator melalui topik yang dipilih, cara penyampaian, tehnik pengembangan pokok bahasan dan bahasa yang digunakan.
Menurut Rudolp F.Verdeber dalam buku, Communicate, 1978, kesan atau persepsi dapat didefinikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal. Proses menafsirkan informasi Indrawi. Jika persepsi kita tidak akurat kita tidak munglkin bisa berkomunikasi secara efektif .
PARADIGMA PERENCANAAN
Paradigma dapat didefinisikan sebagai cara pandang terhadap sesuatu dengan tata cara tertentu. Perkembangan paradigma dalam perencanaan komunikasi meliputi:
1.Basic financial planning: mencari/mengembangkan kontroloperasional yang lebih baik melalui budgeting yang sesuai.
2.Forecast-based planning: mencari/mengembangkan model perencanaan yang lebih baik bagi pertumbuhan dengan cara mencoba memprediksi setelah satu tahun ke depan.
3.Externally oriented planning: senantiasa meningkatkan derajad responsiveness terhadap perubahan pasar dan competitor dengan cara berfikir strategis.
4.Strategic management: mengembangkan model pengelolaan terhadap resources yang ada untuk mendapatkan keuntungan yang kompetitif, sekaligus membuka peluang untuk masa selanjutnya.
Paradigma tersebut terus menerus mengalami perubahan, terdapat beberapa hal yang menuntut adanya perubahan paradigma tersebut antara lain adalah:
1.Kompleksitas kebutuhan dan keinginan stake-holder, serta perubahan kebutuhan konsumen/user yang berkembang dengan pesat.
2.Persaingan yang semakin ketat di antara para competitor.
3.Munculnya kesadaran bahwa konsumen/klien dan para user yang lain merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan eksistensi lembaga/institusi yang bersangkutan.
MASALAH PERENCANAAN KOMUNIKASI
Dalam berkomunikasi, kita pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Ahli komunikasi berpesan jika akan berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang adalah “Know your audience!”
Berkomunikasi ataupun mengkomunikasikan sesuatu tidaklah mudah, beberapa hal yang harus dikaji seksama dalam perencanaan komunikasi antara lain adalah sebagai berikut :
1.Analisa khalayak, merupakan tahap awal yang sangat menentukan arah dan tujuan perencanaan. Tahap ini menganalisi segmen masyarakat sasaran yang kita hadapi dari segi sosiodemografis (pendidikan, usia, jenis kelamin, etnis, kepercayaan, bahasa, pekerjaan) dan juga dari segi psikografis (aspirasi, kesenangan, dan kebiasaan kebiasaan). Pemahaman komprehensif mengenai tatanan masyarakat ini diperlukan untuk menentukan khalayak sasaran dan format kegiatan yang sesuai dengan keinginan komunikator dan kebutuhan khalayak sasaran.
2.Perumusan tujuan. Tahap ini untuk menentukan apa yang ingin dicapai dengan program-program yang dilakukan .
3.Pemilihan Media. Langkah pemilihan media sebagai saluran pesan memerlukan kecermatan, dengan mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan sifat masing-masing media. Setidaknya diperlukan media yang dapat di akses oleh masyarakat sasaran.
4.Rancangan Pesan. Diperlukan upaya terus-menerus dalam meningkatkan ketrampilan komunikator agar senantiasa mengetahui perkembangan dan wacana masyarakat. Selain bobot materi yang harus diperhatikan, juga kesesuaian pola pikir masyarakat sasaran yang dihadapi, termasuk kesesuaian media yang digunakan. Peran kreatifitas komunikator menjadi hal utama.
5.Produksi dan distribusi media. Produksi media berkaitan dengan kemasan pesan. Karena itu unsur estetika sangat berperan untuk menarik perhatian masyarakat. Demikian juga dengan distribusi pesan, dimana pemilihan waktu yang tepat menjadi kunci keberhasilan distribusi.
6.Evaluasi. Tahap ini melihat bagaimana program berjalan sesuai dengan tujuan, sejauh mana program yang dirancang telah tercapai, faktor-faktor pendukung dan penghambat selama program berjalan.
Secara umum, masalah yang harus diperhatikan dalam perencanaan komunikasi sebagaimana tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.Objective (Tujuan). Meliputi perumusan tujuan.
2.Action. Meliputi analisis khalayak.
3.Resources. Meliputi rancangan pesan, dan kualitas komunikator.
4.Implementation. Meliputi pemilihan media, dan produksi dan distribusi media.
5.Performance Outcome. Meliputi evaluasi.
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2010. Negosiasi. (Online), (http://www.massofa.wordpress.com/2008/04/16/tahapan-dalam-perencanaan-komunikasi/. Diakses 25 Nopember 2010)
Erna, A. 2007. Perencanaan Komunikasi dan Masalahnya. (Online), (http://www.awandaerna.multiply.com/journal/item/3/PERENCANAAN_KOMUNIKASI_DAN_MASALAHNYA. Diakses 25 Nopember 2010)
Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nirwana. 2006. Service Marketing Strategy. Malang: DIOMA.
Santoso, E. & Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sendjaja, S. D. 1999. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Wahyudi, R. O. B. 2010. Modul Perencanaan dan Pengelolaan Komunikasi. Surabaya: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
KOMUNIKASI
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu ketrampilan penting yang dibutuhkan dalam manajemen. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan/ ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.
Dalam sejarahnya, ilmu komunikasi dikembangkan oleh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga para ilmuwan tersebut mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen dalam Wiryanto (2004) mendifinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Sedangkan menurut Hoveland dalam Wiryanto (2004) komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.
Gode dalam Wiryanto (2004) memberi pengertian mengenai komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang. Raymon S. Ross dalam Wiryanto (2004) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris, menurut Mulyana (2003), berasal dari kata Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat ”Kita berbagi pikiran”, ”Kita mendiskusikan makna”, dan ”Kita mengirimkan pesan”.
Tujuan komunikasi adalah tujuan yang menyangkut upaya untuk mengubah perilaku sasaran setelah kegiatan komunikasi dilakukan. Rumusan tujuan harus memuat: khalayak sasaran, cakupan jumlah sasaran, dan perubahan perilaku yang diinginkan. Rencana operasional adalah uraian secara konsepsional mengenai sumber daya-sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan suatu program atau proyek.
Menurut Nirwana (2006) efektivitas komunikasi melingkupi tahap yang terdiri dari identifikasi khalayak sasaran, penentuan tujuan komunikasi, perancangan pesan, pemilihan saluran komunikasi, penetapan anggaran komunikasi, dan penentuan bauran komunikasi, serta mengukur hasil komunikasi.
PERENCANAAN KOMUNIKASI
Perencanaan adalah pernyataan tertulis mengenai segala sesuatu yang akan atau yang harus dilakukan. Sifat perencanaan selalu berorientasi ke masa yang akan datang (future oriented). Perencanaan komunikasi adalah pernyataan tertulis mengenai serangkaian tindakan tentang bagaimana suatu kegiatan komunikasi akan atau harus dilakukan agar mencapai perubahan perilaku sesuai dengan yang kita inginkan.
Bidang pekerjaan perencanaan merupakan salah satu fungsi pekerjaan manajerial. Oleh karena itu, tingkatannya pun sama dengan tingkatan yang ada pada suatu manajemen, yakni perencanaan strategik, perencanaan taktik, dan perencanaan teknik. Selain itu, tingkatan perencanaan bisa dilihat berdasarkan ruang lingkup jangkauan pembuatan kebijaksanaan. Berdasarkan hal itu, perencanaan komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam: National Policy-making Level, dan Cross-Ministerial Planning Level, dan Institusional Level Planning yang meliputi: managerial-policy level, supervisory-strategy level, dan project-operational level.
Perencanaan Komunikasi merupakan hal mendasar yang diperlukan dalam suatu kegiatan komunikasi sosial, utamanya untuk memperkenalkan atau memasarkan produk. Setelah memahami proses perencanaan dan elemen-elemen komunikasi dalam suatu organisasi, dapat ditemukan beberapa hal yang dapat merupakan masalah dalam perencanaan komunikasi. Menurut Wahyudi (2010) sebuah perencanaan komunikasi harus cermat dan tepat dalam menentukan siapa berbicara apa pada siapa melalui apa.
Tahapan perencanaan komunikasi pada dasarnya terdiri dari: (1) tahap identifikasi masalah komunikasi, (2) tahap perumusan tujuan komunikasi, (3) tahap penetapan rencana strategik, (4) tahap penetapan rencana operasional, (5) tahap penyusunan rencana evaluasi, dan (6) tahap merencanakan rekomendasi. Tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan satu persatu secara berurutan, tidak boleh meloncat-loncat.
Dalam tahap identifikasi masalah perlu dilakukan pengumpulan data/fakta/informasi mengenai kondisi khalayak sebagai bahan untuk melakukan analisis khalayak. Perumusan masalah harus berdasarkan pada felt needs dan real needs yang dimiliki oleh khalayak sasaran.
Dalam penjabaran lebih luas, tahapan dalam proses komunikasi dapat disusun sebagai berikut:
1.Formulasi misi lembaga: pernyataan umum tentang tujuan, filosofi dan alasan berdirinya/keberadaan lembaga yang bersangkutan.
2.Melakukan analisis terhadap kondisi dan kemampuan internal lembaga (:evaluasi diri).
3.Melakukan analisis/penilaian terhadap lingkungan eksternal lembaga, yang meliputi para kompetitor dan faktor-faktor eksternal lainnya.
4.Mengidentifikasi opsi-opsi alternatif, dengan mempertimbangkan existing resources dan lingkungan eksternalnya.
5.Menganalisa dan menyusun prioritas opsi-opsi tersebut dengan mengacu pada visi/misi lembaga dan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensinya dalam mencapai tujuan.
6.Memilih/merumuskan serangkaian tujuan jangka panjang dan grand strategy yang akan diwujudkan melalui pilihan atau opsi terpilih.
7.Menyusun tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sejalan/sesuai dengan tujuan jangka panjang dan grand strategies yang dipilih.
8.Implementasi opsi-opsi strategis dengan cara alokasi sumber keuangan, sesuai dengan tugas, orang, struktur teknologi dan sistem reward..
9.Mengevaluasi keberhasilan/kegagalan proses-proses strategis sebagai masukan bagi pembuatan keputusan berikutnya.
Sedangkan elemen utama dalam perencanaan komunikasi terdapat empat macam, yaitu :
1.Tujuan (Objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai
2.Aksi (Action). Serangkaian kegiatan yang yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
3.Sumber Daya (Resouces). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksakan aksi.
4.Pelaksanaan (Implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan.
Pada proses perencanaan tersebut, dampak ataupun akibat yang dihasilkan sangat bergantung pada ke-empat elemen perencanaan. Dalam proses perencanaan tersebut, peran komunikasi merupakan ketrampilan penting yang harus dimiliki oleh para manager. Karenanya dapat dikatakan pula bahwa perencanaan komunikasi meliputi fungsi-fungsi manajemen , yaitu :
1.Merencanakan (Planning).
2.Mengadakan (Organizing).
3.Mengutamakan (Leading).
4.Mengawasi (Controlling).
Untuk menunjang keberhasilan perencanaan komunikasi, maka perlu dipahami elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi antara lain:
1.Komunikator : orang yang menyampaikan pesan. Menurut Aristoteles dalam Wahyudi (2010) Seorang komunikator harus memiliki ethos sebagai berikut: good sense yaitu pikiran baik, good moral character yaitu moral baik, serta good will yaitu maksud yang baik.
2.Pesan : ide atau informasi yang disampaikan
3.Media : sarana komunikasi
4.Komunikan : audience, pihak yang menerima pesan
5.Umpan Balik : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya.
Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ide (encoding) yang merupakan hasil pengolahan ide (stimulus) berdasarkan kesan (perception) dan penerjemahan (interpretation) si penyampai ; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media (transmission through a channel) dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan (feedback).
Dari skema proses komunikasi diatas, untuk menunjang keberhasilan perencanaan komunikasi dapat dilihat Kesan (Perception) sebagai inti komunikasi. Kesan adalah nuansa rasa manusia kepada obyek tertentu. Kita terkesan, karena ada sesuatu yang menarik dari obyek tersebut. Obyek tersebut bisa berupa barang atau orang. Kita bisa terkesan kepada orang karena bermacam-macam; bisa karena wajah cantiknya, tampan, berkumis; bisa karena kata-katanya, karena janjinya, dan sebagainya. Membuat kesan yang baik, berarti kita harus berbuat dan bersikap tertentu yang membuat agar orang lain tertarik. Dapat dikatakan bahwa kesan/persepsi merupakan inti komunikasi.
Wahyudi (2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi komunikate adalah prior ethos yaitu membentuk gambaran tentang komunikator melalui pengalaman langsung atau pengalaman wakilan, dan intrinsic ethos yaitu membentuk gambaran tentang komunikator melalui topik yang dipilih, cara penyampaian, tehnik pengembangan pokok bahasan dan bahasa yang digunakan.
Menurut Rudolp F.Verdeber dalam buku, Communicate, 1978, kesan atau persepsi dapat didefinikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal. Proses menafsirkan informasi Indrawi. Jika persepsi kita tidak akurat kita tidak munglkin bisa berkomunikasi secara efektif .
PARADIGMA PERENCANAAN
Paradigma dapat didefinisikan sebagai cara pandang terhadap sesuatu dengan tata cara tertentu. Perkembangan paradigma dalam perencanaan komunikasi meliputi:
1.Basic financial planning: mencari/mengembangkan kontroloperasional yang lebih baik melalui budgeting yang sesuai.
2.Forecast-based planning: mencari/mengembangkan model perencanaan yang lebih baik bagi pertumbuhan dengan cara mencoba memprediksi setelah satu tahun ke depan.
3.Externally oriented planning: senantiasa meningkatkan derajad responsiveness terhadap perubahan pasar dan competitor dengan cara berfikir strategis.
4.Strategic management: mengembangkan model pengelolaan terhadap resources yang ada untuk mendapatkan keuntungan yang kompetitif, sekaligus membuka peluang untuk masa selanjutnya.
Paradigma tersebut terus menerus mengalami perubahan, terdapat beberapa hal yang menuntut adanya perubahan paradigma tersebut antara lain adalah:
1.Kompleksitas kebutuhan dan keinginan stake-holder, serta perubahan kebutuhan konsumen/user yang berkembang dengan pesat.
2.Persaingan yang semakin ketat di antara para competitor.
3.Munculnya kesadaran bahwa konsumen/klien dan para user yang lain merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan eksistensi lembaga/institusi yang bersangkutan.
MASALAH PERENCANAAN KOMUNIKASI
Dalam berkomunikasi, kita pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Ahli komunikasi berpesan jika akan berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang adalah “Know your audience!”
Berkomunikasi ataupun mengkomunikasikan sesuatu tidaklah mudah, beberapa hal yang harus dikaji seksama dalam perencanaan komunikasi antara lain adalah sebagai berikut :
1.Analisa khalayak, merupakan tahap awal yang sangat menentukan arah dan tujuan perencanaan. Tahap ini menganalisi segmen masyarakat sasaran yang kita hadapi dari segi sosiodemografis (pendidikan, usia, jenis kelamin, etnis, kepercayaan, bahasa, pekerjaan) dan juga dari segi psikografis (aspirasi, kesenangan, dan kebiasaan kebiasaan). Pemahaman komprehensif mengenai tatanan masyarakat ini diperlukan untuk menentukan khalayak sasaran dan format kegiatan yang sesuai dengan keinginan komunikator dan kebutuhan khalayak sasaran.
2.Perumusan tujuan. Tahap ini untuk menentukan apa yang ingin dicapai dengan program-program yang dilakukan .
3.Pemilihan Media. Langkah pemilihan media sebagai saluran pesan memerlukan kecermatan, dengan mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan sifat masing-masing media. Setidaknya diperlukan media yang dapat di akses oleh masyarakat sasaran.
4.Rancangan Pesan. Diperlukan upaya terus-menerus dalam meningkatkan ketrampilan komunikator agar senantiasa mengetahui perkembangan dan wacana masyarakat. Selain bobot materi yang harus diperhatikan, juga kesesuaian pola pikir masyarakat sasaran yang dihadapi, termasuk kesesuaian media yang digunakan. Peran kreatifitas komunikator menjadi hal utama.
5.Produksi dan distribusi media. Produksi media berkaitan dengan kemasan pesan. Karena itu unsur estetika sangat berperan untuk menarik perhatian masyarakat. Demikian juga dengan distribusi pesan, dimana pemilihan waktu yang tepat menjadi kunci keberhasilan distribusi.
6.Evaluasi. Tahap ini melihat bagaimana program berjalan sesuai dengan tujuan, sejauh mana program yang dirancang telah tercapai, faktor-faktor pendukung dan penghambat selama program berjalan.
Secara umum, masalah yang harus diperhatikan dalam perencanaan komunikasi sebagaimana tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.Objective (Tujuan). Meliputi perumusan tujuan.
2.Action. Meliputi analisis khalayak.
3.Resources. Meliputi rancangan pesan, dan kualitas komunikator.
4.Implementation. Meliputi pemilihan media, dan produksi dan distribusi media.
5.Performance Outcome. Meliputi evaluasi.
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2010. Negosiasi. (Online), (http://www.massofa.wordpress.com/2008/04/16/tahapan-dalam-perencanaan-komunikasi/. Diakses 25 Nopember 2010)
Erna, A. 2007. Perencanaan Komunikasi dan Masalahnya. (Online), (http://www.awandaerna.multiply.com/journal/item/3/PERENCANAAN_KOMUNIKASI_DAN_MASALAHNYA. Diakses 25 Nopember 2010)
Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nirwana. 2006. Service Marketing Strategy. Malang: DIOMA.
Santoso, E. & Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sendjaja, S. D. 1999. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Wahyudi, R. O. B. 2010. Modul Perencanaan dan Pengelolaan Komunikasi. Surabaya: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
MEMORI
MEMORI
Pengertian Memori
Memori atau ingatan adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Menurut Schlessinger dan Groves (1976) dalam Rakhmat (2000) memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia, dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Sedangkan menurut sudut pandang psikologi bahwa memori atau ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.
Dalam perspektif komunikasi, memori melalui tiga proses, yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan adalah menentukan berapa lama informasi tersebut berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Sedangkan pemanggilan, menurut Mussen dan Rosenzweig (1973) dalam Rakhmat (2000) adalah menggunakan informasi yang disimpan, atau biasa disebut dengan mengingat kembali.
Kemampuan mengingat antar individu berbeda-beda, antara lain seseorang yang dapat mengingat banyak disebut memiliki ingatan luas, sedangkan bagi seseorang yang hanya dapat mengingat sedikit disebut memiliki ingatan sempit. Sementara itu bagi yang memiliki ingatan kuat disebut memiliki ingatan yang setia, sedangkan sebaliknya bagi seseorangyang ingatannya lemah disebut memiliki ingatan yang tidak setia.
Dalam mengeluarkan kembali ingatan yang telah disimpan, dikelompokkan menjadi dua menurut fungsinya yaitu mengingat kembali (recall) dan mengenang (recognize). Mengingat kembali (recall) yaitu ingatan dikeluarkan kembali tanpa bantuan apapun. Sedangkan dalam mengenang (recognize) ingatan dikeluarkan melalui petunjuk.
Jenis-jenis memori berdasarkan waktu antara masuknya memori ke gudang ingatan dikeluarkannya kembali ada tiga yaitu Sensory Memori, Short Therm Memory (STM), dan Long Term Memori (LTM).
Lupa dan sebab-sebabnya
Seseorang dikatakan lupa apabila suatu ingatan atau informasi tidak dapat dimunculkan kembali. Terdapat beberapa teori mengenai penyebab terjadinya keadaan lupa tersebut. Antara lain:
1.Teori Atropi/Decay Theory
Suatu ingatan atau informasi tidak dimunculkan dalam waktu yang relatif lama maka akan cenderung terjadi kelupaan. Untuk menghindari terjadinya kelupaan menurut teori ini maka ingatan tersebut harus diulang-ulang.
2.Teori Interfrensi
Utuh atau tidaknya informasi yang kita simpan dipengaruhi oleh informasi yang lain.
a.Pro Aktif
Informasi yang lama mengacaukan masuknya informasi yang baru.
b.Netro Aktif
Informasi yang baru mengacaukan informasi yang lama.
3.Lupa karena sebab fisiologi
Pengertian Memori
Memori atau ingatan adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Menurut Schlessinger dan Groves (1976) dalam Rakhmat (2000) memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia, dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Sedangkan menurut sudut pandang psikologi bahwa memori atau ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.
Dalam perspektif komunikasi, memori melalui tiga proses, yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan adalah menentukan berapa lama informasi tersebut berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Sedangkan pemanggilan, menurut Mussen dan Rosenzweig (1973) dalam Rakhmat (2000) adalah menggunakan informasi yang disimpan, atau biasa disebut dengan mengingat kembali.
Kemampuan mengingat antar individu berbeda-beda, antara lain seseorang yang dapat mengingat banyak disebut memiliki ingatan luas, sedangkan bagi seseorang yang hanya dapat mengingat sedikit disebut memiliki ingatan sempit. Sementara itu bagi yang memiliki ingatan kuat disebut memiliki ingatan yang setia, sedangkan sebaliknya bagi seseorangyang ingatannya lemah disebut memiliki ingatan yang tidak setia.
Dalam mengeluarkan kembali ingatan yang telah disimpan, dikelompokkan menjadi dua menurut fungsinya yaitu mengingat kembali (recall) dan mengenang (recognize). Mengingat kembali (recall) yaitu ingatan dikeluarkan kembali tanpa bantuan apapun. Sedangkan dalam mengenang (recognize) ingatan dikeluarkan melalui petunjuk.
Jenis-jenis memori berdasarkan waktu antara masuknya memori ke gudang ingatan dikeluarkannya kembali ada tiga yaitu Sensory Memori, Short Therm Memory (STM), dan Long Term Memori (LTM).
Lupa dan sebab-sebabnya
Seseorang dikatakan lupa apabila suatu ingatan atau informasi tidak dapat dimunculkan kembali. Terdapat beberapa teori mengenai penyebab terjadinya keadaan lupa tersebut. Antara lain:
1.Teori Atropi/Decay Theory
Suatu ingatan atau informasi tidak dimunculkan dalam waktu yang relatif lama maka akan cenderung terjadi kelupaan. Untuk menghindari terjadinya kelupaan menurut teori ini maka ingatan tersebut harus diulang-ulang.
2.Teori Interfrensi
Utuh atau tidaknya informasi yang kita simpan dipengaruhi oleh informasi yang lain.
a.Pro Aktif
Informasi yang lama mengacaukan masuknya informasi yang baru.
b.Netro Aktif
Informasi yang baru mengacaukan informasi yang lama.
3.Lupa karena sebab fisiologi
INTELIGENSI
INTELIGENSI
Menurut David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Menurut Spearman, kecerdasan ialah kemampuan umum untuk berpikir dan menimbang. Sedangkan Thurstone berpendapat bahwa kecerdasan adalah suatu rangkaian yang terpisah. Kemampuan-kemampuan seperti kemampuan numerik, ingatan, dan kefasihan berbicara bersama-sama membentuk perilaku pandai.
Dari berbagai pengertian diatas, dapat kita definisikan intelegensi sebagai kemampuan berpikir abstrak, kemampuan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas baru, atau kemapuan melakukan aktivitas yang mengundang tantangan, tingkat kesulitan dan lain sebagainya. Intelegensi juga dapat kita artikan sebagai kemampuan adaptasi dan pemecahan masalah, fokus, dan fleksibel (memiliki alternatif lain dalam pemecahan masalah).
Glover dan Bruning (1990) membagi teori intelegensi menjadi dua, yaitu teori intelegensi yang dikemukakan pakar psikometri dan teori intelegensi yang dikemukakan pemrosesan informasi. Secara garis besar, pakar psikometri menekankan pada bagaimana mengukur intelegensi dan memprediksi prestasi lain seperti pembelajaran di kelas. Sedangkan pakar pemrosesan informasi lebih menekankan pada proses berpikir.
Aspek-aspek pembentuk intelegensi menurut Spearman ada dua faktor yaitu faktor G dan faktor S. Faktor G adalah General Abillity yaitu kemampuan umum, sedangkan faktor S adalah Speciallity Abillity yaitu kemampuan khusus.
Sedangkan Thurstone berpendapat aspek-aspek tersebut terdiri dari multifactor, meliputi faktor kemampuan verbal, faktor kemampuan dalam kosakata, faktor kemampuan dalam ingatan, faktor kemampuan dalam hitungan/numberik, faktor kemampuan dalam pengamatan 3D, faktor kemampuan dalam penalaran, serta faktor kemampuan ketepatan dalam pengamatan panca indera (perseptual).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi, yaitu: lingkungan tempat tinggal, genetik, kondisi fisik/kesehatan, dan status sosial/ekonomi.
Menurut David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Menurut Spearman, kecerdasan ialah kemampuan umum untuk berpikir dan menimbang. Sedangkan Thurstone berpendapat bahwa kecerdasan adalah suatu rangkaian yang terpisah. Kemampuan-kemampuan seperti kemampuan numerik, ingatan, dan kefasihan berbicara bersama-sama membentuk perilaku pandai.
Dari berbagai pengertian diatas, dapat kita definisikan intelegensi sebagai kemampuan berpikir abstrak, kemampuan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas baru, atau kemapuan melakukan aktivitas yang mengundang tantangan, tingkat kesulitan dan lain sebagainya. Intelegensi juga dapat kita artikan sebagai kemampuan adaptasi dan pemecahan masalah, fokus, dan fleksibel (memiliki alternatif lain dalam pemecahan masalah).
Glover dan Bruning (1990) membagi teori intelegensi menjadi dua, yaitu teori intelegensi yang dikemukakan pakar psikometri dan teori intelegensi yang dikemukakan pemrosesan informasi. Secara garis besar, pakar psikometri menekankan pada bagaimana mengukur intelegensi dan memprediksi prestasi lain seperti pembelajaran di kelas. Sedangkan pakar pemrosesan informasi lebih menekankan pada proses berpikir.
Aspek-aspek pembentuk intelegensi menurut Spearman ada dua faktor yaitu faktor G dan faktor S. Faktor G adalah General Abillity yaitu kemampuan umum, sedangkan faktor S adalah Speciallity Abillity yaitu kemampuan khusus.
Sedangkan Thurstone berpendapat aspek-aspek tersebut terdiri dari multifactor, meliputi faktor kemampuan verbal, faktor kemampuan dalam kosakata, faktor kemampuan dalam ingatan, faktor kemampuan dalam hitungan/numberik, faktor kemampuan dalam pengamatan 3D, faktor kemampuan dalam penalaran, serta faktor kemampuan ketepatan dalam pengamatan panca indera (perseptual).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi, yaitu: lingkungan tempat tinggal, genetik, kondisi fisik/kesehatan, dan status sosial/ekonomi.
TEORI PERKEMBANGAN
TEORI PERKEMBANGAN
PENDAHULUAN
Banyak pendapat tentang hakikat perkembangan manusia, di kalangan psikolog terdapat berbagai aliran yang melihat masalah perkembangan ini dengan cara yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut kemudian memunculkan berbagai teori tentang perkembangan manusia.
Secara umum, teori perkembangan itu sendiri dapat kita definisikan sebagai sejumlah ide yang koheren, mengandung hipotesis-hipotesis dan asumsi-asumsi yang dapat diuji kebenarannya, dan berfungsi untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi perubahan-perubahan perilaku dan proses mental manusia sepanjang rentang kehidupannya.
Dalam makalah ini kita tidak akan membahas semua teori perkembangan yang ada. Namun kita hanya akan membahas empat teori perkembangan yaitu teori perkembangan kognitif, teori perkembangan psikososial, teori perkembangan psikoseksual, dan teori perkembangan moral.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF
Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget (1896-1980), seorang psikolog asal Neuchatel, Swiss. Menurut Crain (2007) teori ini merupakan teori tentang perkembangan intelektual paling komprehensif dan banyak mendekati kebenaran. Teori perkembangan kognitif Piaget memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori yang dikemukakan Piaget dikenal juga dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, dimana teori ini mencerminkan adanya fungsi biologi dan psikologis. Piaget menyatakan intelegensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Sebagai contohnya manusia tidak memiliki bulu untuk melindunginya dari dingin, demikian pula manusia tidak memiliki kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa. Namun manusia memiliki kepandaian untuk membuat pakaian dan kendaraan untuk transportasi.
Dalam setiap riset, Piaget memberikan kontribusi yang jelas menuju sebuah teori pentahapan yang tunggal dan terintegrasikan. Sebelum menuju tahapan-tahapan yang dikemukakan Piaget, terdapat dua konsep penting yang harus diketahui. Pertama, Piaget menemukan bahwa anak-anak melewati tahapan-tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga dia tidak terlalu menaruh perhatian kepada batasan usia yang dilekatkan pada tahapan-tahapan tersebut. Meskipun tahapan-tahapan itu dapat dicapai dalam usia yang bervariasi namun Piaget mengutarakan bahwa anak-anak selalu melewati urutan yang tidak pernah berubah dengan keteraturan yang sama. Piaget juga menyatakan tahapan-tahapan tersebut bersifat universal, tidak terkait budaya.
Kedua, pandangan umum Piaget mengenai hakekat perubahan di dalam perkembangan tidak melihat tahapan-tahapannya ditentukan oleh genetis. Sebaliknya, mereka hanyalah mempresentasikan cara-cara berpikir yang semakin komperehensif. Anak-anak secara konstan mengeksplorasi, memanipulasi dan berusaha memahami lingkungannya. Di dalam proses ini mereka aktif mengkonstruksikan struktur-struktur baru yang lebih elaboratif agar bisa menghadapinya.
Piaget menggunakan konsep-konsep biologis terbatas pada sifatnya. Dia mengamati bayi-bayi mewarisi refleks-refleks seperti menghisap. Refleks-refleks sangat penting bagi bulan-bulan pertama kehidupannya, namun semakin berkurang secara signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.
Piaget mengkarakterisasikan aktivitas-aktivitas anak-anak menurut kecenderungan-kecenderungan biologis yang bisa ditemukan di semua organisme. Kecenderungan-kecenderungan tersebut adalah asimilasi, akomodasi, dan organisasi.
Asimilisasi berarti memasukkan sesuatu seperti dalam aktivitas makan atau mencerna. Namun dalam pengertian disini asimilasi merupakan suatu proses penyesuaian antara objek yang baru diperoleh dengan skema yang ada. Dengan kata lain asimilasi dapat dijelaskan sebagai proses organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Manusia memiliki kebutuhan untuk mengasimilasikan objek-objek atau informasi ke dalam struktur-struktur kognitifnya. Sebagai contoh, orang dewasa mengasimilasikan informasi dengan membaca buku. Lain halnya dengan bayi, mereka mengasimilasikan objek dengan menggenggamnya, berusaha memasukkan objek tersebut ke dalam skema genggamannya.
Dalam memasukkan objek tersebut ternyata terdapat beberapa objek yang tidak sesuai dengan struktur yang kita meiliki. Maka untuk tetap memasukan objek tersebut kita harus membuat perubahan di dalam struktur kita atau akomodasi. Dari penjelasan tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa akomodasi yaitu proses organisme memodifikasi dirinya sehingga lebih menyukai lingkungannya. Akomodasi juga dapat disebut sebagai proses dimana struktur kognitif mengalami perubahan. Piaget menganggap perubahan ini sebagai proses pembelajaran. Sebagai contoh, bayi menemukan bahwa dia sanggup menggenggam sebuah kotak dengan menggerakkan perintang menuju kotak tersebut, melalui proses akomodasi bayi kemudian mulai mengkontruksikan cara-cara yang lebih efisien.
Sedangkan kecenderungan yang ketiga adalah organisasi. Organisasi disini dapat kita artikan sebagai kecenderungan untuk mengintegrasi diri dan dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang penuh arti. Menurut Piaget, organisasi ini merupakan suatu cara untuk mengurangi kompleksitas. Sebagai contoh, anak-anak berusia empat bulan memiliki kemampuan menatap objek dan menggenggamnya. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya dia berusaha mengkombinasikan dua tindakan ini dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya . pada tataran mental yang lebih tinggi, manusia membangun teori. Secara konstan manusia akan terus berusaha mengorganisasikan ide-ide menjadi suatu sistem yang koheren.
Menurut Ginsburg dan Opper dalam Crain (2007) meskipun Piaget tidak percaya bahwa tahapan-tahapan ini sudah diatur oleh kode genetik tertentu melainkan dikonstruksikan oleh anak-anak sendiri, namun Piaget masih mendiskusikan proses pengkonstruksian ini menurut kecenderungan-kecenderungan biologisnya.
Piaget berpendapat pikiran anak-anak tidak dibentuk oleh ajaran-ajaran orang dewasa atau pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungannya untuk berkembang, akan tetapi merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya, bukan lingkungan eksternal.
Jadi menurut Piaget, perkembangan tidak diatur oleh pendewasaan internal maupun pengajaran dari luar. Namun merupakan proses kontruktif yang aktif, dimana anak-anak melalui aktivitas-aktivitas mereka sendiri, membangun struktur-struktur kognitif yang semakin berbeda dab komprehensif.
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin berkembang seiring pertambahan usia:
1.Periode I, Kepandaian Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
2.Periode II, Pikiran Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
3.Periode III, Operasi-operasi berpikir konkret (usia 7-11 tahun)
4.Periode IV, Operasi-operasi berpikir formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode I: Kepandaian Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam tahapan:
Tahap 1 (0-1 bulan): Penggunaan Refleks-refeleks
Piaget menggunakan istilah skema (scheme atau schema) dalam pembahasan struktur tindakan bayi. Skema bisa menjadi pola tindakan apapun untuk menghadapi lingkungan, bentuk skema tersebut bisa berupa tindakan menatap, menggenggam, atau menendang-nendang. Skema pertama yang dilakukan bayi terdiri dari refleks-refleks bawaan. Refleks yang paling terlihat adalah menghisap, bayi otomatis menghisap kapan pun ketika bibir mereka disentuh.
Tahap 2 (1-4 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Primer
Reaksi ini menurut Piaget terjadi ketika bayi menghadapi suatu pengalaman baru dan ingin menbgulanginya kembali. Sebagai contoh, ketika tangan bayi berdekatan dengan mulutnya dia akan mulai menghisapnya, dan ketika tangan itu menjauh si bayi ingin membawa tangan itu kembali.
Tahap 3 (4-10 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Sekunder
Reaksi ini terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik di luar dirinya. Sebagai contoh, Piaget menceritakan, putri keduanya. Suatu saat Lucienne berbaring di tempat tidur, dia membuat gerakan dengan kakinya yang berusaha mengendalikan boneka-boneka yang digantung di atas kepalanya. Dia merasa tertarik, kemudian mengulangi tindakannya. Selama beberapa kali dia mengulangi hal tersebut, dan sering tertawa ketika melihat boneka-boneka tersebut bergerak. Pada tahap ketiga ini bayi menunjukkan satu tindakan tunggal untuk mencapai suatu hasil.
Tahap 4 (10-12 bulan): Koordinasi Skema-skema Sekunder
Pada tahap ini Piaget berpendapat, tindakan bayi lebih terbedakan dari tahap sebelumnya. Dia belajar untuk mengkoordinasi dua skema terpisah demi mencapai suatu hasil. Sebagai contoh, kali ini Piaget menceritakan Laurent, putra bungsunya. Pada suatu ketika Laurent ingin memeluk sebuah kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya di tengah jalan. Semula Laurent berusaha untuk tidak menghiraukannya dengan menerobos atau mengambil jalan memutar, tidak berusaha untuk menggeser tangan ayahnya. Namun ketika Piaget tetap menaruh tangannya di tengah jalan, kemudian Laurent memukulkan kotak mainan itu sambil berusaha melambaikan tangan , mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibas-kibaskan kepalanya. Setelah melakukannya beberapa kali, akhirnya Laurent berhasil menyingkirkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya. Dari contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mencapai tujuan, yaitu menyingkirkan perintang dan memeluk kotak mainan itu.
Tahap 5 (12-18 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Tersier
Pada tahap ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda-beda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Piaget kembali menceritakan Laurent, putra bungsunya. Suatu ketika Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli ayahnya. Dia memukulmnya dengan telapak tangan beberapa kali, terkadang keras, terkadang juga lembut untuk memperoleh perbedaan bunyi yang dihasilkan.
Tahap 6 (18 bulan-2 tahun): Reaksi-reaksi Sirkuler Tersier
Pada tahap ini anak-anak mulai memikirkan situasi secara lebih internal, sebelum akhirnya bertindak. Sebagai contoh, Piaget menceritakan Lucienne, putri keduanya. Pada suatu ketika Piaget menaruh rantai di dalam kotak mainan yang membuat Lucienne ingin mengambilnya. Dia memiliki dua skema untuk mengambilnya, yaitu membalikkan kotak itu dan memasukkan jarinya ke celah yang menganga. Akan tetapi ternyata tidak ada satu pun usahanya yang berhasil. Lucienne menghentikan tindakannya dan menatap celah kotak tersebut dengan seksama. Kemudian setelah beberapa kali membuka dan menutup mulut kotak yang semakin lebar, Lucienne membuka kotak itu sekuat tenaga dan berhasil mendapatkan rantainya.
Periode II: Pikiran Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Periode III: Operasi-operasi berpikir konkret (usia 7-11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Periode IV: Operasi-operasi berpikir formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Erik H Erikson, seorang psikolog asal Frankfurt, Jerman, mengembangkan teori perkembangan kepribadian yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Erikson telah memberi gambaran baru yang lebih besar mengenai tugas anak dalam teori perkembangan psikoanalitik di setiap tahapan Freud. Dia juga menambahkan tiga tahapan baru tentang fase-fase dewasa sehingga teori psikoanalisis dapat mencakup seluruh siklus hidup manusia.
Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa.
Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang dibangun oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Dalam teori yang diutarakannya, Erikson menekankan hubungan sosial dengan individu di persekitaran. Perkembangan psikososial ini membentuk personaliti kanak-kanak.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri.
Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar Di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut:
Developmental Stage Basic Components
Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust: Harapan
Early childhood (1-3 thn) Autonomy vs Shame, Doubt: Kehendak
Preschool age (4-5 thn) Initiative vs Guilt: Tujuan
School age (6-11 thn) Industry vs Inferiority: Kompetensi
Adolescence (12-20 thn) Identity vs Identity Confusion: Kesetiaan
Young adulthood ( 21-40 thn) Intimacy vs Isolation: Cinta
Adulthood (41-65 thn) Generativity vs Stagnation: Perhatian
Senescence (+65 thn) Ego Integrity vs Despair: Hikmat
Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Autonomy vs Shame, Doubt (Otonomi vs Rasa Malu, Ragu-ragu)
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah)
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Industry vs Inferiority (Kegigihan/Industri vs Inferioritas)
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
Identity vs Identity Confusion (Identitas vs Kebingungan Peran)
Tahap kelima ini merupakan tahap remaja, yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi)
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Generativity vs Stagnation (Semangat-berbagi vs Penyerapan-diri)
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Ego Integrity vs Despair (Integritas Ego vs Rasa Putus Asa)
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Teori perkembangan psikoseksual dikemukakan oleh Sigmund Freud, seorang developmentalis asal Freiberg, Moravia, bagian dari negara Chekoslavia. Teori ini merupakan salah satu teori yang paling terkenal, namun juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.
1. Tahap Oral
Bulan pertama. Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Tahap Anal
Selama tahun kedua atau ketiga kehidupan anak. Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Tahap Falik atau Odipal
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
4. Fase Latensi
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5. Tahap Genital atau Pubertas
Menurut Freud dalam Crain (2007) tahap ini dimulai sekitar usia 11 tahun untuk anak perempuan, dan 13 tahun untuk anak laki-laki. Tahap ini merupakan tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Freud mengatakan bahwa dari pubertas ke depan, tugas terbesar individu adalah membebaskan dari perwalian orang tua. Sebagai contoh, bagi remaja laki-laki maka dia membebaskan ikatan dengan ibu dan menemukan wanita yang disukainya. Kemudian dia juga harus menyelesaikan persaingannya dengan ayah dan membebaskan diri dari dominasi ayah atas dirinya.
Apabila dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, maka kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan
TEORI PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian individu selaku anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008) moral diartikan sebagai ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral juga dapat diartikan sebagai kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dan sebagainya atau keadaan perasaan sebagaimana diungkapkan dalam perbuatan. Sementara itu Moral disini dapat diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Individu hanya akan berperilaku sosial tertentu secara memadahi apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.
Seperti dalam proses perkembangan yang lainnya, proses perkembangan sosial dan moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Dalam psikologi belajar terdapat berbagai aliran pemikiran yang berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam aliran pemikiran perkembangan sosial tersebut yang paling terkenal adalah Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg. Serta Aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters. Dalam makalah ini yang akan kita bahas adalah aliran pemikiran cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg.
Menurut Piaget
Dalam bukunya The moral judgement of the Child (1923) Piaget menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang melatar belakangi pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin hormat pada peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua sudut. Pertama kesadaran akan peraturan (sejauh mana peraturan dianggap sebagai pembatasan) dan kedua, pelaksanaan dari peraturan itu. Piaget mengamati anak-anak bermain kelereng, suatu permainan yang lazim dilakukan oleh anak-anak diseluruh dunia dan permainan itu jarang diajarkan secara formal oleh orang dewasa. Dengan demikian permainan itu mempunyai peraturan yang jarang atau malah tidak sama sekali ada campur tangan orang dewasa. Dan melalui perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun berkembang dari sikap heteronom (bahwasannya peraturan itu berasal dari diri orang lain) menjadi otonom 9 dari dalam diri sendiri. Pada tahap heteronom anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa perauran-peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama antara para pemain.
Anak-anak pada usia paling muda hingga umur 2 tahun melakukan aktivitas bermain dengan apa adanya, tanpa aturan dan tanpa ada hal yang patut untuk mereka patuhi. Mereka adalah motor activity tanpa dipimpin oleh pikiran. Pada tahap ini merepa belum menyadari adanya peraturan yang koersif, atau bersifat memaksa dan harus di taati. Dalam pelaksanaannya peraturan kegiatan anak-anak pada umur itu merupakan motor activiy.
Anak-anak pada umur antara 2 sampai 6 tahun mereka telah mulai memperhatikan dan bahkan meniru cara bermain anak-anak yang lebih besar dari mereka. Pada tahap ini anak-anak telah mulai menyadari adanya peraturan dan ketaatan yang telah dibuat dari luar dirinya dan harus ditaati dan tidak boleh diganggu gugat. Pada tahap ini anak-anak cenderung bersikap egosentris, mereka akan memandang “sangat salah” apabila aturan yang telah ada di ubah dan dilanggar. Dan ia meniru apa yang dilihatnya semata-mata demi untuk dirinya sendiri, tidak tahu bahwa bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan anak-anak lainnya. Sehingga meskipun bermain dilakukan secara bersama sama namun sebenarnya mereka bermain secara individu, sendiri-sendiri dengan melakukan pola dan cara yang mereka yakini sendiri. Pelaksanaan yang bersifat egosentris merupakan tahap peralihan dari tahap yang individualistis murni ke tahap permainan yang bersifat sosial.
Anak pada usia 7-10 tahun beralih dari kesenangan yang semata-mata psikomotor kepada kesenangan yang didapatkan dari persaingan dengan kawan main dengan mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dan disetujui bersama. Walaupun sebenarnya tidak faham akan peraturan sampai hal yang paling kecil namun keinginan untuk bekerja sama dengan kawan bermain amatlah besar. Anak ingin memahami peraturan dan bermain dengan setiap mengikuti peraturan itu. Pada tahap ini sifat heteronom berangsur menjadi otonom.
Pada usia 11 sampai 12 tahun kemampuan anak untuk berfikir abstrak mulai berkembang. Pada umur umur itu, kodifikasi ( penentuan) peraturan sudah dianggap perlu. Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada soal-soal peraturan daripada menjalankan permainannya sendiri.
Menurut Kohlberg
Teori Piaget kemudian menjadi inspirasi bagi Kohlberg. Hal yang menjadi kajian Kohlberg adalah tertumpu pada argumentasi anak dan perkembangan argumentasi itu sendiri. Melalui penelitian yang dilakukannya selama 14 tahun, Kohlberg kemudian mampu mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian dibagi dalam tiga taraf
1. Taraf Pra-Konvensional
Pada taraf ini anak telah memiliki sifat responsif terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis (berdasarkan dengan enak dan tidak enak, suka dan tidak suka) kalau jahat dihukum kalau baik diberi hadiah. Anak pada usia ini juga menafsirkan baik buruk dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada taraf ini terdiri dari dua tahpan yaitu :
1) punishment and obedience orientation. Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik buruknya tindakan tersebut menghindari hukuman dan taat secara buta pada yang berkuasa diangga bernilai pada dirinya sendiri.
2) Instrument-relativist orientation. Akibat dalam tahap ini beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang dapat menjadi alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dianggap sebagai hubungan jual beli di pasar. Engkau menjual saya membeli, saya menyenangkan kamu, maka kamu mesti menyenangkan saya.
2. Conventional Level (taraf konvensional)
Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan keluarga atau bangsa bernilai pada dirinya sendiri. Anak tidak hanya mau berkompromi , tapi setia kepadanya, berusaha mewujudkan secara aktif, menunjukkan ketertiban dan berusaha mewujudkan secara aktif, menunjang ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang mengusahakan ketertiban social. Dua tahap dalam taraf ini adalah :
1) Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl” orientation. Tingkah laku yang lebih baik adalah tingkah laku yang membuat senang orang lain atau yang menolong orang lain dan yang mendapat persetujuan mereka. Supaya diterima dan disetujui orang lain seseorang harus berlaku “manis”. Orang berusaha membuat dirinya wajar seperti pada umumnya orang lain bertingkah laku. Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang berbeda dari pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-orang yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap berintensi baik.
2) Tahap law and order, orientation. Otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban social dijunjung tinggi dalam tahap ini. Tingkah laku disebut benar, bila orang melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban social.
3. Post Konvensional Level (taraf sesudah konvensional)
Pada taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan nilai-nilai moral dan berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah (valid) dan yang dapat diterapkan entah prinsip itu berasal dari otoritas orang atau kelompok yang mana. Tahapannya adalah :
1)Social contract orientation. Dalam tahap ini orang mengartikan benar-salahnya suatu tindakan atas hak-hak individu dsan norma-norma yang sudah teruji di masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersiat relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu consensus bersama.
2)The universal ethical principle orientation. Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara nurani hati. Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh orang yang bersangkutan, prinsip prinsip etis itu bersifat avstrak. Pada intinya prinsip etis itu adalah prinsip keadilan, kesamaan hak, hak asasi, hormat pada harkat( nilai) manusia sebagai pribadi.
DAFTAR RUJUKAN
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Anonymous. 2007. Search Books, Presentations, Business, Academics. (Online), (http://www.scribd.com. Diakses 15 Nopember 2010)
Anonymous. 2010. wikipedia. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif. Diakses 15 Nopember 2010).
Crain, W. 2007. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Gunarsa, D. S & Gunarsa D.S.Y. 1991. Psikologi Praktis : Anak, Remaja Dan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Long, J. S. 1984. Adult Life. California: Mayfield Publishing Company.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi
PENDAHULUAN
Banyak pendapat tentang hakikat perkembangan manusia, di kalangan psikolog terdapat berbagai aliran yang melihat masalah perkembangan ini dengan cara yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut kemudian memunculkan berbagai teori tentang perkembangan manusia.
Secara umum, teori perkembangan itu sendiri dapat kita definisikan sebagai sejumlah ide yang koheren, mengandung hipotesis-hipotesis dan asumsi-asumsi yang dapat diuji kebenarannya, dan berfungsi untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi perubahan-perubahan perilaku dan proses mental manusia sepanjang rentang kehidupannya.
Dalam makalah ini kita tidak akan membahas semua teori perkembangan yang ada. Namun kita hanya akan membahas empat teori perkembangan yaitu teori perkembangan kognitif, teori perkembangan psikososial, teori perkembangan psikoseksual, dan teori perkembangan moral.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF
Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget (1896-1980), seorang psikolog asal Neuchatel, Swiss. Menurut Crain (2007) teori ini merupakan teori tentang perkembangan intelektual paling komprehensif dan banyak mendekati kebenaran. Teori perkembangan kognitif Piaget memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori yang dikemukakan Piaget dikenal juga dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, dimana teori ini mencerminkan adanya fungsi biologi dan psikologis. Piaget menyatakan intelegensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Sebagai contohnya manusia tidak memiliki bulu untuk melindunginya dari dingin, demikian pula manusia tidak memiliki kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa. Namun manusia memiliki kepandaian untuk membuat pakaian dan kendaraan untuk transportasi.
Dalam setiap riset, Piaget memberikan kontribusi yang jelas menuju sebuah teori pentahapan yang tunggal dan terintegrasikan. Sebelum menuju tahapan-tahapan yang dikemukakan Piaget, terdapat dua konsep penting yang harus diketahui. Pertama, Piaget menemukan bahwa anak-anak melewati tahapan-tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga dia tidak terlalu menaruh perhatian kepada batasan usia yang dilekatkan pada tahapan-tahapan tersebut. Meskipun tahapan-tahapan itu dapat dicapai dalam usia yang bervariasi namun Piaget mengutarakan bahwa anak-anak selalu melewati urutan yang tidak pernah berubah dengan keteraturan yang sama. Piaget juga menyatakan tahapan-tahapan tersebut bersifat universal, tidak terkait budaya.
Kedua, pandangan umum Piaget mengenai hakekat perubahan di dalam perkembangan tidak melihat tahapan-tahapannya ditentukan oleh genetis. Sebaliknya, mereka hanyalah mempresentasikan cara-cara berpikir yang semakin komperehensif. Anak-anak secara konstan mengeksplorasi, memanipulasi dan berusaha memahami lingkungannya. Di dalam proses ini mereka aktif mengkonstruksikan struktur-struktur baru yang lebih elaboratif agar bisa menghadapinya.
Piaget menggunakan konsep-konsep biologis terbatas pada sifatnya. Dia mengamati bayi-bayi mewarisi refleks-refleks seperti menghisap. Refleks-refleks sangat penting bagi bulan-bulan pertama kehidupannya, namun semakin berkurang secara signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.
Piaget mengkarakterisasikan aktivitas-aktivitas anak-anak menurut kecenderungan-kecenderungan biologis yang bisa ditemukan di semua organisme. Kecenderungan-kecenderungan tersebut adalah asimilasi, akomodasi, dan organisasi.
Asimilisasi berarti memasukkan sesuatu seperti dalam aktivitas makan atau mencerna. Namun dalam pengertian disini asimilasi merupakan suatu proses penyesuaian antara objek yang baru diperoleh dengan skema yang ada. Dengan kata lain asimilasi dapat dijelaskan sebagai proses organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Manusia memiliki kebutuhan untuk mengasimilasikan objek-objek atau informasi ke dalam struktur-struktur kognitifnya. Sebagai contoh, orang dewasa mengasimilasikan informasi dengan membaca buku. Lain halnya dengan bayi, mereka mengasimilasikan objek dengan menggenggamnya, berusaha memasukkan objek tersebut ke dalam skema genggamannya.
Dalam memasukkan objek tersebut ternyata terdapat beberapa objek yang tidak sesuai dengan struktur yang kita meiliki. Maka untuk tetap memasukan objek tersebut kita harus membuat perubahan di dalam struktur kita atau akomodasi. Dari penjelasan tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa akomodasi yaitu proses organisme memodifikasi dirinya sehingga lebih menyukai lingkungannya. Akomodasi juga dapat disebut sebagai proses dimana struktur kognitif mengalami perubahan. Piaget menganggap perubahan ini sebagai proses pembelajaran. Sebagai contoh, bayi menemukan bahwa dia sanggup menggenggam sebuah kotak dengan menggerakkan perintang menuju kotak tersebut, melalui proses akomodasi bayi kemudian mulai mengkontruksikan cara-cara yang lebih efisien.
Sedangkan kecenderungan yang ketiga adalah organisasi. Organisasi disini dapat kita artikan sebagai kecenderungan untuk mengintegrasi diri dan dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang penuh arti. Menurut Piaget, organisasi ini merupakan suatu cara untuk mengurangi kompleksitas. Sebagai contoh, anak-anak berusia empat bulan memiliki kemampuan menatap objek dan menggenggamnya. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya dia berusaha mengkombinasikan dua tindakan ini dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya . pada tataran mental yang lebih tinggi, manusia membangun teori. Secara konstan manusia akan terus berusaha mengorganisasikan ide-ide menjadi suatu sistem yang koheren.
Menurut Ginsburg dan Opper dalam Crain (2007) meskipun Piaget tidak percaya bahwa tahapan-tahapan ini sudah diatur oleh kode genetik tertentu melainkan dikonstruksikan oleh anak-anak sendiri, namun Piaget masih mendiskusikan proses pengkonstruksian ini menurut kecenderungan-kecenderungan biologisnya.
Piaget berpendapat pikiran anak-anak tidak dibentuk oleh ajaran-ajaran orang dewasa atau pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungannya untuk berkembang, akan tetapi merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya, bukan lingkungan eksternal.
Jadi menurut Piaget, perkembangan tidak diatur oleh pendewasaan internal maupun pengajaran dari luar. Namun merupakan proses kontruktif yang aktif, dimana anak-anak melalui aktivitas-aktivitas mereka sendiri, membangun struktur-struktur kognitif yang semakin berbeda dab komprehensif.
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin berkembang seiring pertambahan usia:
1.Periode I, Kepandaian Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
2.Periode II, Pikiran Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
3.Periode III, Operasi-operasi berpikir konkret (usia 7-11 tahun)
4.Periode IV, Operasi-operasi berpikir formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode I: Kepandaian Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam tahapan:
Tahap 1 (0-1 bulan): Penggunaan Refleks-refeleks
Piaget menggunakan istilah skema (scheme atau schema) dalam pembahasan struktur tindakan bayi. Skema bisa menjadi pola tindakan apapun untuk menghadapi lingkungan, bentuk skema tersebut bisa berupa tindakan menatap, menggenggam, atau menendang-nendang. Skema pertama yang dilakukan bayi terdiri dari refleks-refleks bawaan. Refleks yang paling terlihat adalah menghisap, bayi otomatis menghisap kapan pun ketika bibir mereka disentuh.
Tahap 2 (1-4 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Primer
Reaksi ini menurut Piaget terjadi ketika bayi menghadapi suatu pengalaman baru dan ingin menbgulanginya kembali. Sebagai contoh, ketika tangan bayi berdekatan dengan mulutnya dia akan mulai menghisapnya, dan ketika tangan itu menjauh si bayi ingin membawa tangan itu kembali.
Tahap 3 (4-10 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Sekunder
Reaksi ini terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik di luar dirinya. Sebagai contoh, Piaget menceritakan, putri keduanya. Suatu saat Lucienne berbaring di tempat tidur, dia membuat gerakan dengan kakinya yang berusaha mengendalikan boneka-boneka yang digantung di atas kepalanya. Dia merasa tertarik, kemudian mengulangi tindakannya. Selama beberapa kali dia mengulangi hal tersebut, dan sering tertawa ketika melihat boneka-boneka tersebut bergerak. Pada tahap ketiga ini bayi menunjukkan satu tindakan tunggal untuk mencapai suatu hasil.
Tahap 4 (10-12 bulan): Koordinasi Skema-skema Sekunder
Pada tahap ini Piaget berpendapat, tindakan bayi lebih terbedakan dari tahap sebelumnya. Dia belajar untuk mengkoordinasi dua skema terpisah demi mencapai suatu hasil. Sebagai contoh, kali ini Piaget menceritakan Laurent, putra bungsunya. Pada suatu ketika Laurent ingin memeluk sebuah kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya di tengah jalan. Semula Laurent berusaha untuk tidak menghiraukannya dengan menerobos atau mengambil jalan memutar, tidak berusaha untuk menggeser tangan ayahnya. Namun ketika Piaget tetap menaruh tangannya di tengah jalan, kemudian Laurent memukulkan kotak mainan itu sambil berusaha melambaikan tangan , mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibas-kibaskan kepalanya. Setelah melakukannya beberapa kali, akhirnya Laurent berhasil menyingkirkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya. Dari contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mencapai tujuan, yaitu menyingkirkan perintang dan memeluk kotak mainan itu.
Tahap 5 (12-18 bulan): Reaksi-reaksi Sirkuler Tersier
Pada tahap ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda-beda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Piaget kembali menceritakan Laurent, putra bungsunya. Suatu ketika Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli ayahnya. Dia memukulmnya dengan telapak tangan beberapa kali, terkadang keras, terkadang juga lembut untuk memperoleh perbedaan bunyi yang dihasilkan.
Tahap 6 (18 bulan-2 tahun): Reaksi-reaksi Sirkuler Tersier
Pada tahap ini anak-anak mulai memikirkan situasi secara lebih internal, sebelum akhirnya bertindak. Sebagai contoh, Piaget menceritakan Lucienne, putri keduanya. Pada suatu ketika Piaget menaruh rantai di dalam kotak mainan yang membuat Lucienne ingin mengambilnya. Dia memiliki dua skema untuk mengambilnya, yaitu membalikkan kotak itu dan memasukkan jarinya ke celah yang menganga. Akan tetapi ternyata tidak ada satu pun usahanya yang berhasil. Lucienne menghentikan tindakannya dan menatap celah kotak tersebut dengan seksama. Kemudian setelah beberapa kali membuka dan menutup mulut kotak yang semakin lebar, Lucienne membuka kotak itu sekuat tenaga dan berhasil mendapatkan rantainya.
Periode II: Pikiran Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Periode III: Operasi-operasi berpikir konkret (usia 7-11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Periode IV: Operasi-operasi berpikir formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Erik H Erikson, seorang psikolog asal Frankfurt, Jerman, mengembangkan teori perkembangan kepribadian yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Erikson telah memberi gambaran baru yang lebih besar mengenai tugas anak dalam teori perkembangan psikoanalitik di setiap tahapan Freud. Dia juga menambahkan tiga tahapan baru tentang fase-fase dewasa sehingga teori psikoanalisis dapat mencakup seluruh siklus hidup manusia.
Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa.
Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang dibangun oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Dalam teori yang diutarakannya, Erikson menekankan hubungan sosial dengan individu di persekitaran. Perkembangan psikososial ini membentuk personaliti kanak-kanak.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri.
Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar Di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut:
Developmental Stage Basic Components
Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust: Harapan
Early childhood (1-3 thn) Autonomy vs Shame, Doubt: Kehendak
Preschool age (4-5 thn) Initiative vs Guilt: Tujuan
School age (6-11 thn) Industry vs Inferiority: Kompetensi
Adolescence (12-20 thn) Identity vs Identity Confusion: Kesetiaan
Young adulthood ( 21-40 thn) Intimacy vs Isolation: Cinta
Adulthood (41-65 thn) Generativity vs Stagnation: Perhatian
Senescence (+65 thn) Ego Integrity vs Despair: Hikmat
Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Autonomy vs Shame, Doubt (Otonomi vs Rasa Malu, Ragu-ragu)
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah)
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Industry vs Inferiority (Kegigihan/Industri vs Inferioritas)
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
Identity vs Identity Confusion (Identitas vs Kebingungan Peran)
Tahap kelima ini merupakan tahap remaja, yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi)
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Generativity vs Stagnation (Semangat-berbagi vs Penyerapan-diri)
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Ego Integrity vs Despair (Integritas Ego vs Rasa Putus Asa)
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Teori perkembangan psikoseksual dikemukakan oleh Sigmund Freud, seorang developmentalis asal Freiberg, Moravia, bagian dari negara Chekoslavia. Teori ini merupakan salah satu teori yang paling terkenal, namun juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.
1. Tahap Oral
Bulan pertama. Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Tahap Anal
Selama tahun kedua atau ketiga kehidupan anak. Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Tahap Falik atau Odipal
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
4. Fase Latensi
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5. Tahap Genital atau Pubertas
Menurut Freud dalam Crain (2007) tahap ini dimulai sekitar usia 11 tahun untuk anak perempuan, dan 13 tahun untuk anak laki-laki. Tahap ini merupakan tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Freud mengatakan bahwa dari pubertas ke depan, tugas terbesar individu adalah membebaskan dari perwalian orang tua. Sebagai contoh, bagi remaja laki-laki maka dia membebaskan ikatan dengan ibu dan menemukan wanita yang disukainya. Kemudian dia juga harus menyelesaikan persaingannya dengan ayah dan membebaskan diri dari dominasi ayah atas dirinya.
Apabila dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, maka kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan
TEORI PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian individu selaku anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008) moral diartikan sebagai ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral juga dapat diartikan sebagai kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dan sebagainya atau keadaan perasaan sebagaimana diungkapkan dalam perbuatan. Sementara itu Moral disini dapat diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Individu hanya akan berperilaku sosial tertentu secara memadahi apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.
Seperti dalam proses perkembangan yang lainnya, proses perkembangan sosial dan moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Dalam psikologi belajar terdapat berbagai aliran pemikiran yang berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam aliran pemikiran perkembangan sosial tersebut yang paling terkenal adalah Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg. Serta Aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters. Dalam makalah ini yang akan kita bahas adalah aliran pemikiran cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg.
Menurut Piaget
Dalam bukunya The moral judgement of the Child (1923) Piaget menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang melatar belakangi pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin hormat pada peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua sudut. Pertama kesadaran akan peraturan (sejauh mana peraturan dianggap sebagai pembatasan) dan kedua, pelaksanaan dari peraturan itu. Piaget mengamati anak-anak bermain kelereng, suatu permainan yang lazim dilakukan oleh anak-anak diseluruh dunia dan permainan itu jarang diajarkan secara formal oleh orang dewasa. Dengan demikian permainan itu mempunyai peraturan yang jarang atau malah tidak sama sekali ada campur tangan orang dewasa. Dan melalui perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun berkembang dari sikap heteronom (bahwasannya peraturan itu berasal dari diri orang lain) menjadi otonom 9 dari dalam diri sendiri. Pada tahap heteronom anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa perauran-peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama antara para pemain.
Anak-anak pada usia paling muda hingga umur 2 tahun melakukan aktivitas bermain dengan apa adanya, tanpa aturan dan tanpa ada hal yang patut untuk mereka patuhi. Mereka adalah motor activity tanpa dipimpin oleh pikiran. Pada tahap ini merepa belum menyadari adanya peraturan yang koersif, atau bersifat memaksa dan harus di taati. Dalam pelaksanaannya peraturan kegiatan anak-anak pada umur itu merupakan motor activiy.
Anak-anak pada umur antara 2 sampai 6 tahun mereka telah mulai memperhatikan dan bahkan meniru cara bermain anak-anak yang lebih besar dari mereka. Pada tahap ini anak-anak telah mulai menyadari adanya peraturan dan ketaatan yang telah dibuat dari luar dirinya dan harus ditaati dan tidak boleh diganggu gugat. Pada tahap ini anak-anak cenderung bersikap egosentris, mereka akan memandang “sangat salah” apabila aturan yang telah ada di ubah dan dilanggar. Dan ia meniru apa yang dilihatnya semata-mata demi untuk dirinya sendiri, tidak tahu bahwa bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan anak-anak lainnya. Sehingga meskipun bermain dilakukan secara bersama sama namun sebenarnya mereka bermain secara individu, sendiri-sendiri dengan melakukan pola dan cara yang mereka yakini sendiri. Pelaksanaan yang bersifat egosentris merupakan tahap peralihan dari tahap yang individualistis murni ke tahap permainan yang bersifat sosial.
Anak pada usia 7-10 tahun beralih dari kesenangan yang semata-mata psikomotor kepada kesenangan yang didapatkan dari persaingan dengan kawan main dengan mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dan disetujui bersama. Walaupun sebenarnya tidak faham akan peraturan sampai hal yang paling kecil namun keinginan untuk bekerja sama dengan kawan bermain amatlah besar. Anak ingin memahami peraturan dan bermain dengan setiap mengikuti peraturan itu. Pada tahap ini sifat heteronom berangsur menjadi otonom.
Pada usia 11 sampai 12 tahun kemampuan anak untuk berfikir abstrak mulai berkembang. Pada umur umur itu, kodifikasi ( penentuan) peraturan sudah dianggap perlu. Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada soal-soal peraturan daripada menjalankan permainannya sendiri.
Menurut Kohlberg
Teori Piaget kemudian menjadi inspirasi bagi Kohlberg. Hal yang menjadi kajian Kohlberg adalah tertumpu pada argumentasi anak dan perkembangan argumentasi itu sendiri. Melalui penelitian yang dilakukannya selama 14 tahun, Kohlberg kemudian mampu mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian dibagi dalam tiga taraf
1. Taraf Pra-Konvensional
Pada taraf ini anak telah memiliki sifat responsif terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis (berdasarkan dengan enak dan tidak enak, suka dan tidak suka) kalau jahat dihukum kalau baik diberi hadiah. Anak pada usia ini juga menafsirkan baik buruk dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada taraf ini terdiri dari dua tahpan yaitu :
1) punishment and obedience orientation. Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik buruknya tindakan tersebut menghindari hukuman dan taat secara buta pada yang berkuasa diangga bernilai pada dirinya sendiri.
2) Instrument-relativist orientation. Akibat dalam tahap ini beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang dapat menjadi alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dianggap sebagai hubungan jual beli di pasar. Engkau menjual saya membeli, saya menyenangkan kamu, maka kamu mesti menyenangkan saya.
2. Conventional Level (taraf konvensional)
Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan keluarga atau bangsa bernilai pada dirinya sendiri. Anak tidak hanya mau berkompromi , tapi setia kepadanya, berusaha mewujudkan secara aktif, menunjukkan ketertiban dan berusaha mewujudkan secara aktif, menunjang ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang mengusahakan ketertiban social. Dua tahap dalam taraf ini adalah :
1) Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl” orientation. Tingkah laku yang lebih baik adalah tingkah laku yang membuat senang orang lain atau yang menolong orang lain dan yang mendapat persetujuan mereka. Supaya diterima dan disetujui orang lain seseorang harus berlaku “manis”. Orang berusaha membuat dirinya wajar seperti pada umumnya orang lain bertingkah laku. Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang berbeda dari pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-orang yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap berintensi baik.
2) Tahap law and order, orientation. Otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban social dijunjung tinggi dalam tahap ini. Tingkah laku disebut benar, bila orang melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban social.
3. Post Konvensional Level (taraf sesudah konvensional)
Pada taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan nilai-nilai moral dan berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah (valid) dan yang dapat diterapkan entah prinsip itu berasal dari otoritas orang atau kelompok yang mana. Tahapannya adalah :
1)Social contract orientation. Dalam tahap ini orang mengartikan benar-salahnya suatu tindakan atas hak-hak individu dsan norma-norma yang sudah teruji di masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersiat relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu consensus bersama.
2)The universal ethical principle orientation. Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara nurani hati. Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh orang yang bersangkutan, prinsip prinsip etis itu bersifat avstrak. Pada intinya prinsip etis itu adalah prinsip keadilan, kesamaan hak, hak asasi, hormat pada harkat( nilai) manusia sebagai pribadi.
DAFTAR RUJUKAN
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Anonymous. 2007. Search Books, Presentations, Business, Academics. (Online), (http://www.scribd.com. Diakses 15 Nopember 2010)
Anonymous. 2010. wikipedia. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif. Diakses 15 Nopember 2010).
Crain, W. 2007. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Gunarsa, D. S & Gunarsa D.S.Y. 1991. Psikologi Praktis : Anak, Remaja Dan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Long, J. S. 1984. Adult Life. California: Mayfield Publishing Company.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.
Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi
Langganan:
Postingan (Atom)